Pekanbaru, Selasa, 19 Maret 2023.
Punya kenangan apa dengan buku ini?
Entah bagaimana awal mula buku ini tercipta dan siapa pelopornya pertama kali, tapi yang jelas kita ( umat Islam ) pasti sudah tidak asing dengan buku catatan Amaliyah Ramadhan ini.
Pertama kali memiliki buku ini, waktu itu aku masih SD kelas 1. Ketika masih TK pernah punya, tapi buku biasa ( yang buku tulis sinar dunia ) ketika baru awal2 belajar mengeja dan menulis. Ditemani oomku ( adik ibuku ) dan dibantu apa2 saja yang harus ditulis waktu itu. Namun hanya sampai 5 hari, tidak pernah lagi aku lanjutkan. Alasannya? Capek 😅
Iya, kalian enggak salah baca. Capek doang.
Ketika masuk SD dan sebelum memasuki awal Ramadhan, kami diberikan buku catatan Amaliyah Ramadhan, gratis. Dulu covernya gambar Masjid Baiturrahman yang ada di Aceh sana. Warnanya full putih dengan garis gambar biru muda. Kebetulan nama Masjid tempat aku tinggal Masjid Baiturrahman juga.
Aku dan beberapa anak2 lainnya mencatat tuh, isi ceramah setiap sebelum terawih.
Di papan di luar Masjid, biasanya ditempel jadwal, judul dan nama penceramah di hari 1 sampai dengan 29. Mungkin ada juga yang 30 ya.
Setelah terawih, buku akan dikumpulkan dan ditandatangani oleh penceramah di malam itu. Sekalian bisa minta cap dengan penjaga Masjid, Imam atau Muadzin. Setelahnya, lanjut tadarus Al-Qur'an sampai pukul 11 malam.
Menyenangkan memang, tapi itu semua tidak berlangsung lama.
Lalu apa yang akan dilakukan setelah Ramadhan usai?
Sudah pasti buku Amaliyah Ramadhan akan dibawa ke sekolah dan dikumpulkan. Dulu kalau kata guru Agama Islam, bakal jadi nilai tambah.
Sampai suatu saat, ketika aku kelas 3 SMP, aku memutuskan untuk tidak menulis dan membawa buku catatan Amaliyah Ramadhan. Karena sudah 5 tahun sejak kelas 5 SD, sekolah tidak membagikan buku catatan Amaliyah Ramadhan gratis. Disuruh beli sendiri.
Dari kelas 5 SD sampe kelas 2 SMP, aku beli di toko buku. Harganya masih 3rb - 4rb waktu itu.
Kelas 3 SMP, aku adalah satu dari sekian banyak anak2 yang tidak menulis dan membawa buku catatan Amaliyah Ramadhan. Aku ditanya dan dibilang, "Nanti enggak naik kelas loh kau.".
Aku gak takut. B aja. Lagipula aku juga heran. Padahal udah ngumpulin buku catatan Amaliyah Ramadhan, tapi nilaiku malah biasa2 aja. Tidak tinggi dan tidak rendah. Malah buruknya, nilai pelajaran agama Islamku ketika masih kelas 1 SMP s/d 2 SMP malah merah. Alias dibawah KKM. Yang artinya, aku harus remedial.
Remedialnya gampang. Hanya diminta membaca surat2 pendek di dalam juz 30, minimal 10.
Ada sih beberapa kecuranganku dulu dalam mengisi catatan Amaliyah Ramadhan. Bukan dalam sholatnya, melainkan paraf/tandatangan dan cap.
Aku lupa pastinya kapan, tapi karena ustadz yang ceramah di hari itu langsung pulang, beberapa kejadian ya, akhirnya aku minta ayahku/ibuku/oomku dan tanteku yang paraf. Soal cap, bisa minta nanti kalau udah mau hari ke-29 atau ke-30.
Jadi double atau dikumpulkan gitu. Hehe...
Kalau mengingat momen itu, sedih dan senang. Sedih karena teman2 yang dulu seperjuangan dan serating sudah jauh. Senang, karena ternyata masih ada bocil2 yang nyatat buku Amaliyah Ramadhan.
Kalau kalian punya kenangan apa nih tentang buku catatan Amaliyah Ramadhan ini?
Tulis di kolom komentar ya 😁
See you...