Bagaimana bisa
seorang penulis enggak bisa menulis?
Setelah temanku
melakukan penelitian, bukan aku, seorang penulis enggak akan bisa menulis
karena ada sebabnya. Apa saja?
Sebelumnya, kita
berkenalan dulu.
Buat yang baru
mampir ke blog, dan membaca ceritaku ( cerita ini ), namaku Ridho Adha Arie.
Tapi kalian bisa memanggilku Dilan.
Umurku, 23 tahun
8 jam 50 menit 35 detik. ( Saat cerita ini kuketik. )
-
Kita ke
percakapan dulu deh.
M = Aku
T = Temen (
Rangga, nama samaran. ) *Ada yang namanya Cinta?
-
T : Widiih, lagi
baca buku.
M : Yadong. Kan
aku mau jadi penulis.
T : Buku apaan
tuh?
M : Buku yang
bisa dibaca.
T : Buku ya
dibaca. Masa dijilat2. ( aku ketawa2 nih. ) Raditya Dika ya?
M : Yoi.
T : Covernya
baru ya? Kambing Jantan, kan?
M : Kambing Enggak
Betina ini mah.
T : Enggak
betina, ya berarti jantan. Gimana kau, Do.
M : Dimana2 kalau
enggak betina, ya pasti jantan lah. Kau tuh yang gimana.
Akhirnya aku dan
Rangga kelahi deh, di kasur. Hehe… enggaklah, becanda. Kita balik ke aktivitas
masing2. Hari minggu, kan. Aktivitas kampus, libur. Tapi tugas menumpuk.
Rangga sibuk
main hape, chattingan sama ceweknya. Aku sibuk baca buku, sesekali ketawa,
terus boker. Enggak tahan. Malam makan banyak, pagi belum sempat setor ke WC,
karena bangun kesiangan.
-
Aku punya teman
lagi, namanya Hendra. Bukan nama samaran, asli. Kami kenal lewat salahsatu
fanspage di fesbuk.
Hendra suka
menulis, tapi dia enggak bisa menulis.
Enggak ada
percakapan, capek ngetiknya sumpah.
Hendra punya
kakak yang seorang penulis, tp dia enggak mengirim ceritanya ke penerbit. Dia
print, banyak2, terus disusun menjadi sebuah buku. Kayak novel gitu. Laku atau
enggak, itu enggk aku tanya.
2 tahun lalu,
ketika aku masih aktif2nya menulis untuk artikel di sebuah halaman dan web di
media sosial, ikut2 lomba gitu, aku mencoba mengontak Hendra.
Tapi sayang,
nomor hapenya udah enggak aktif. Fesbuknya udah dinonaktifkan. Ditutup.
Aku pengen
nanya2, tentang kakaknya. Untuk dijadikan bahan cerita, yang bisa diikut
lombakan. Sekalian mempromosikan buku kakaknya.
Hendra suka
menulis, tapi dia enggak bisa menulis. Alasannya, menulis bukanlah perihal yang
gampang. Semisal, ngevlog.
Bagi kebanyakan
orang awam, ngevlog itu mudah. Padahal susah. Sumpah. Susah.
Waktu itu masih
kuliah. Hapeku masih Nokia Asha 311, yang masih format 3gp, yang kalau nntn
yang… ya itulah pokoknya.
Aku ngevlog
diam2, tanpa sepengetahuan teman2.
Di rumah, aku
edit pakai laptop Toshiba ku, yang sekarang udah masuk museum.
Setidaknya ada 3
vlog yang udah kubuat, Udah kuupload.
Tapi kok… jelek
yak. Kataku waktu itu. Yang nntn lumayan, tpi enggk ada yg komen. Aku coba
terus, terus, terus, ampe 10 vlog, tpi baru 8 kuupload, begitu ke-11, aku jadi
enggak konsisten buat ngevlog dan balik ngeblog. Lebih mudah ngeblog, walaupun
sepi pengunjung dan peminat.
Vlog nya, aku
hapus, semua. Videonya hilang, beserta dengan Harddisk yang kujual murah dengan
salahsatu teman kampusku. Isinya aku bodo amat, dan enggak peduli lagi.
-
Jadi kenapa
seorang penulis enggak bisa menulis?
Jawabanku :
Ketika udah enggak konsisten, minimnya ide, apalagi pikiran “bodo amat”, itulah
penyebabnya. Seperti yang dikatakan Bayu Skak, dalam berkarya di YouTube,
“Konsisten, dan tetap yakin dengan apa yang udah kita buat. Juga jangan
berhenti untuk berusaha, dan pantang menyerah.” begitu.
Jadi, siapa
disini yang mau jadi penulis?
Kamu? Kamu? Atau
Hendra?