Selasa, 27 Maret 2018

APA KATAMU????!!!!

ORAAAAAAAAAAAA!! ORAAA!!


Pertama2, aku mengucapkan terima kasih, buat yang aku ucapkan terima kasih. Hahahaah.. apaan sih :v
Maksudnya buat kamu yang udah view cerita ini.

Jadi..

Beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah artikel. Tapi belum saya baca. Waktu saya keburu habis, jadi enggak bisa baca. Mau nambah, uang saya tinggal 10 ribu. Mau balik ntar malah enggak bisa. :'v ( so sad )

Berikut judul artikel tersebut :


Saya setuju aja sih, dengan mereka yang memberi dia julukan "Si Tukang Omong". 
Saya pernah ngobrol dengan salahsatu teman kampus saya, tentang negara yang bubar karena rakyatnya yang enggak kritis dan enggak diberi kebebasan dalam berpendapat. Hanya pemerintahnya yang berbicara, dan melakukan apa yang menurut mereka benar. 

Sepertinya nama negaranya enggak perlu disebutkan lah, yaa... :)




Yang jelas bukan Korea Utara, karena negara tersebut belum bubar. Dan mungkin enggak akan bubar.

Disini, saya mau curhat. 
Saya memiliki keluarga, yang ... ya...

Jadi saya ingin memberikan saran, tapi saran saya ditolak. Malah sebelum saya menyelesaikan memberikan apa saran saya tersebut, saya malah dibilang, "Apa kata kau? Udah jelas cara kau salah.".

Oke, saya salah. Saya kan laki2, laki2 kan selalu salah. 

Bukan Salah, tapi "salah".

Dan jujur aja, aku sebenarnya udah enggak sure buat tinggal di rumah. 
Pertama, adik2 saya enggak peduli dengan saya lagi, padahal saya selalu peduli dan memikirkan kebaikan mereka.

Kedua, orangtua saya, khususnya ayah saya, selalu meremehkan saya. Terutama ia enggak percaya dan mau mendukung mau saya. Yaitu menjadi penulis.

Sedangkan ibu saya, mau mendukung. Hanya saja...... hanya saja... ia enggak mau tau dan hanya meng"iya"kan saja. "Iya, kau jadilah penulis.".

Ketiga, saya seperti dijadikan boneka, dan didiskriminasikan. 

Semua yang sudah saya lakukan, untuk orangtua dan adik2 saya, terlupakan begitu saja.


Mungkin menangis adalah cara terbaik, yang harus saya pilih. 
Tapi di lain sisi, saya masih punya Tuhan. Yang akan mendengarkan doa saya. 

Namun sepertinya bukan sekarang, tapi "Nanti". 

Nanti, ya, nanti, suatu hari nanti. 

Alhamdulillah sudah 2 cerita di tahun 2018 ini yang saya kirim ke penerbit. Satu cerita yang saya ketik, sebelum sakit asam lambung di tahun 2017. Cerita satu lagi yang saya ketik sebelum masalah saya jadi semakin rumit. 


Sekarang saya hanya bisa tertawa, sambil tersenyum, dan menangis. 
Tertawa karena tanggapan tentang orang2 terhadap saya. 
Salahsatunya seperti di bawah ini. Enggak mau banyak2. Ntar malah dikiranya ngeluh lagi. 

Curhat, ngeluh dan marah itu beda kan ya.


Tersenyum, karena saya woles orangnya. 


Dan menangis, kapan saya bisa? 











Tidak ada komentar:

Posting Komentar