Minggu, 21 Mei 2023

BLOGGER ANIME : EMAK TERBAIK DI ANIME versi Jelek-Jelek Penulis

 Assalamualaikum Wr. Wb 

Selamat pagi, siang, sore dan malam. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan kemudahan dalam menjalani segala urusan dan pekerjaan kita sehari-hari. 

Udah lama nih aku enggak bahas anime. Kangen juga ya nonton anime, apalagi anime Konosuba khusus membahas kehidupan waifu kesayanganku, Megumin, baru aja rilis. Aku belum nonton, karena masih sibuk dan belum bisa meluangkan waktu untuk menontonnya. 

Dilihat di fesbuk dan beberapa medsos lainnya, apalagi di grup wibu, katanya Yor Forger dan Ai Hoshino baru aja dinobatkan sebagai mama atau emak terbaik. Kalau ditanya setuju apa enggak, aku setuju aja.

Tapi aku punya list emak terbaik di anime, versiku sendiri. Yang pastinya ini adalah anime yang aku tonton. Karena udah jarang nonton anime dan sering kerja.

 Berikut daftarnya : 

5. Irene Belserion ( Fairy Tail, ibu dari Erza Scarlett. )

Irene Belserion adalah salahsatu karakter yang muncul di penghujung manga dan anime Fairy Tail. Sejak awal kemunculannya, Erza Scarlett digambarkan sebagai seorang bocah yang yatim-piatu, bersama teman2 dan ayangnya, Jellal. 

Kemunculannya hanya sebentar, namun meski begitu tetaplah sosok mama Irene tidak terlupakan. 

( Apalagi pas mengambil alih tubuh Wendy. )

4. Carla Yeager ( Attack on Titan, ibu Eren Yeager. )

Attack on Titan adalah salahsatu anime yang aku agak telat menontonnya. Dikarenakan aku kuliah dan banyak tugas. Namun setelah menontonnya, aku jadi agak kecewa karena ibunya Eren dengan tipikal rambut emak2 yang tidak berumur panjang. Yang ternyata matinya dimakan sama emak tirinya Eren pula, yang berubah menjadi Titan Smile. 

Meski enggak menonton animenya sampai selesai, tapi aku membaca manganya. Sebab cukup lama menunggu animenya lanjut, jadi baca manga aja. Biar cepet. 

Hehe ... 

3. Asaba Mother ( Kimi to Boku, ibu Yuta dan Yuki Asaba ) 

Memiliki anak kembar mungkin adalah keinginan banyak para perempuan di dunia ini. Apalagi anaknya laki-laki sepasang dan ganteng pula.

Yuki ( Baju Hijau ) dan Yuta ( Baju Abu2 )

Yuta Asaba dan Yuki Asaba, kembar tapi memiliki sifat yang berbeda, namun saling melengkapi satu sama lain. Yuta yang tidak menyukai manga, anime dan game, sering menemani adiknya Yuki yang sangat suka membaca manga, menonton anime dan bermain game. 

Di dalam manga dan anime Kimi to Boku, ibu mereka tidak pernah terlihat marah sekali pun. Bahkan ketika mereka berdua mengaku jujur sudah memecahkan piring kesayangan milik ayah mereka, ibunya malah tertawa, sementara ayah mereka bingung, "Sejak kapan kita punya piring seperti ini?". 

2. Uzumaki Kushina ( Naruto, ibu Naruto. ) dan Nara Temari ( Boruto, ibu Shikadai. )


( Langsung digabung aja ya. Hehehe... )

Tidak perlu bercerita dan menulis banyak, karena kita memang sudah tau, Kushina mati setelah mengorbankan dirinya bersama Minato, setelah Naruto lahir, demi keselamatan warga desa Konoha dari serangan Kyubi, rubah berekor 9. 

Sementara Temari, kuakui ia adalah ibu yang tegas. Sama halnya seperti Hinata, Ino dan Sakura. Kalau Tenten? ( Tenten beneran nikah sama Lee ya? Aku belum nonton Boruto sejauh itu. Cuma 2 episode doang. )

Tapi aku lebih memfavoritkan mama Kushina dan Temari. Kalau kalian gimana? 

1. Yuigahama Mama ( Oregairu, ibu Yui. )

Kenapa ibunya Yui ada di nomor satu? 

Masih sangat ingat olehku, ketika Hachiman lebih memilih Yukino daripada Yui. Lalu Yui pulang dan langsung menangis, sambil memeluk ibunya. 

Ketika Hachiman pergi ke rumah Yui, waktu itu Gahamama (ibunya Yui) sangat mendukung anaknya dekat dengan Hachiman. Bahkan Yui sampai malu karena ibunya mengatakan kalau Yui sering bercerita tentang Hachiman padanya. 

Memang tipikal ibu banget menurutku. Ini kalian jangan pada mikir yang aneh-aneh loh ya. Apalagi buat yang udah nonton animenya. 

Bonus (+)

* Trisha Elric ( Fullmetal Alcemist, ibu Edward dan Alphonse Elric. )

Seperti ibunya Eren, ibu dengan tipikal model rambut tidak berumur panjang. Kemunculannya pun juga sedikit, namun sangat berpengaruh bagi Edward dan Al. 

Meski enggak bisa dihidupkan lagi oleh Edward dan Al, namun setidaknya Edward dan Al memulai perjalanan mereka, hingga mereka bisa bertemu dengan ayah kandung mereka. Meski diragukan kalau yang mereka temui adalah klon dari ayah mereka, bukan yang asli. 

***

Itu saja dariku. Mungkin banyak yang tidak setuju dan sama, karena setiap orang memang memiliki pendapat dan persepsi yang berbeda-beda. 

Jika ada masukan, bisa dikomen di bawah. Aku mau lanjut nyari link  buat nonton sequel Konosuba yang membahas kisah Megumin. Muehehehe... 

Wassalam ... 




Sabtu, 06 Mei 2023

BLOGGER : Emang Bener Ya?

 

Nongki Bacem ver 2.0 
Lokasi : Puncak Lawang 25

Assalamualaikum Wr. Wb

Lagi enak2 makan nastar sisa lebaran, tiba2 aku bersin 2x. Lalu aku bilang, "Ada yang lagi ngomongin aku nih." sanking pedenya. Padahal aku yakin itu hanyalah mitos dan tidak benar adanya. 

Banyak mitos2 yang banyak kita dengar langsung dari orangtua, om, Tante, kakek, nenek, sahabat, teman, pacar, mantan pacar, gebetan, mantan gebetan, guru, penjaga sekolah, satpam, SPG rokok, instruktur senam, pak Lurah, pak RT, pak RW, pak Camat, paman, bibi, dll. 

Ketika masih kecil, segini 👌🏻, aku nyapu dan ibuku bilang, "Nyapu yang bersih. Nanti kau dapat bini jenggotan.". Karena masih polos dan hijau, aku takut dan aku iyain aja. Aku nyapu lebih bersih. 
Pas udah gedek, "Emang ada ya cewek yang jenggotan?". 

Lalu ada lagi mitos jangan makan di tengah pintu, katanya nanti bisa kena sambar halilintar 'ashiap'. Akhirnya aku pindah dan pas gedek aku baru ngeh, "Kan biar enggak menghalangi jalan aja ya kan.". 

Jangan potong kuku malam2, nanti nikahnya di usia tua. Padahal biar aman dan pas motong kuku, enggak luka. Apalagi kalau agak gelap atau remang2 tempat kita potong kukunya. 

*

Menurut kalian, mitos yang aku sebutkan di atas benar adanya atau tidak? 
Atau orangtua atau keluarga kita memang ingin menakut-nakuti saja? 

Apa kalian ada mendengar mitos selain mitos yang aku sebutkan diatas? 

Selasa, 02 Mei 2023

BLOGGER : #7 JELEK-JELEK PENULIS KELILING SUMBAR ( Sijunjung - Solok - Padang - Pariaman - Angso Duo - Puncak Lawang - Bukti Tinggi - Payakumbuh ) ft. Nongki Bacem ver 2.0

 

Aji - Ojak - Mardi - Ridho
📸 : Tumpukan Batu 
Lokasi : Puncak Lawang 25


* Bukit tidak rendah a.k.a Bukittinggi

Perjalanan meninggalkan Puncak Lawang menuju Bukittinggi terasa sangat menyenangkan, meski ada rasa sangat was-was dan memang harus berhati-hati. Karena rute yang kami lewati cukup terjal dengan turunan dan naikan yang curam, ditambah licin. Salah sedikit mengerem, bisa2 kami pulang hanya tinggal nama. 

Namun Alhamdulillah kami selamat dan sehat wal Afiat. Pemandangan di kiri dan kanan juga tampak sangat indah, karena memang seperti namanya, Bukittinggi. Tinggi!

Jalanan tampak licin, karena memang terdapat mata air di sekitar bukit yang melintasi jalanan beraspal. Jalannya juga kecil dan hanya cukup untuk motor. Bisa dikatakan kami lewat jalan tikus, yang memang diarahkan oleh mbak Google. 

Sempat kami bertemu dengan mbak2 naik mobil yang ingin ke Puncak Lawang dan bertanya jalan. Kami sempat meragukan apakah bisa mobilnya si mbak bisa melewati jalan yang ada di depan. Karena memang kecil dan cukup untuk satu mobil saja. 



Kami terjebak macet dan diarahkan entah kemana oleh bapak polisi yang menjaga. Namun kami tetap bersabar, karena memang kami berempat belum pernah melihat Jam Gadang secara langsung. 

Bisa dikatakan ini adalah perjalanan perdana Nongki Bacem ver 2.0, yang semua anggotanya belum pernah melihat batu Malin Kundang, Pantai Air Manis, Jam Gadang, nyebrang ke Pulau Angso Duo. Hanya Aji yang pernah mampir ke Mesjid Raya Padang. 


Akhirnya kami memutuskan untuk parkir di parkiran Mall. Karena memang susah cari parkiran yang dekat sekitaran Jam Gadang. Saya membuka mantel yang kami pakai dan membentangkannya agar airnya turun dan nyaman dipakai. Ojak memakai sepatunya, sementara saya pakai sendal yang sebelumnya saya beli di Naras. 

Setelah memastikan barang2 yang kami bawa sudah aman dan dibawa, kami berjalan keluar dan ...


.. apa yang selama ini kami lihat hanya di google, kalender, foto liburan orang lain (termasuk adik saya dan keluarga kami), sekarang kami sudah bisa melihatnya langsung, yaitu Jam Gadang. 

Memang hanya jam, tapi perjalanan untuk melihatnya sangat puas. Meski lelah dan harus bermacet ria, juga hujan2an. 

Mardi dan Aji langsung mengabari orang terdekat mereka, baik keluarga dan teman, kalau mereka sudah sampai di Bukittinggi. Sudah bisa melihat Jam Gadang juga. Saya dan Ojak ikut juga, walau hanya sebentar. 

Ojak - Ridho - Aji 
Mardi
Lokasi : Jam Gadang, Bukittinggi.

Ridho - Ojak - Mardi - Aji 

Masih dengan gestur tangan andalan kami. Terlihat siapa yang paling sumringah dari kami semua, yaitu Ojak. Saya sering melihat gambar Jam Gadang di foto milik adik saya, yang sekarang saya sudah bisa melihat langsung Jam Gadangnya. Meski telat, tapi puas. Karena hampir seluruh Sumbar kami taklukkan dengan Scoopy milik Ojak. Hehehe... 

Terkesan biasa saja, tapi wow untuk kami. Meski budget kami pas2an. 

Andai kami sempat ke Pagaruyung, namun karena harus dikejar waktu, kami memutuskan ke Payakumbuh dan menginap di rumah saudara Ibunya Ojak. 

Sebelumnya kami foto masing2. Saya hanya foto beberapa. Hehehe...



Sebenarnya ada foto lainnya, tapi saya hanya akan memasukkan beberapa saja ke dalam cerita. Jika ada yang heran, mana foto Aji, Ojak dan Mardi, jika mau saya akan masukkan di postingan selanjutnya ( setelah semua part selesai ). Hehehe... 

( Kali aja ada tim MTMA yang ingin menawarkan kami perjalanan jauh dan disponsori. Apalagi Honda. Kami naik Scoopy loh. Hehehe.. )

Sebelum memutuskan meninggalkan Bukittinggi, Ojak dan Aji menarik uang di ATM lagi. Untuk membeli oleh2 dan isi bensin menuju Payakumbuh. Sementara saya dan Mardi tidak. Saya masih ada dana dadakan dan Mardi pegangannya masih cukup. 

Ini benar2 perjalanan perdana kami yang mendadak, karena direncanakan hanya 1 hari 1 malam. Alhamdulillah nya kami punya tabungan dan pegangan. 

Ojak yang memang sudah bekerja, Aji juga bekerja, tapi dari rumah. Mardi yang baru saja selesai kontrak kerja dan saya yang sudah menganggur kurang 2 bulan lebih. Kami memiliki tabungan dan bisa memberi THR di setiap rumah yang kami datangi. 

Oh iya, satu lagi. Untung ingat.

Jelek-Jelek Penulis sudah sampai di Puncak Lawang.
📸 : Mardi

Jelek-Jelek Penulis sudah sampai Bukittinggi.
📸 : Mardi 

Jaket kebanggaan dan blog saya ini, saya benar2 perjuangkan. Demi orangtua, mimpi, cita2 dan motivator saya, Raditya Dika, dengan blog, film dan buku Kambing Jantan, akhirnya saya sampai di Sumbar. Alhamdulillah, sudah sampai Medan juga. Namun tidak sempat saya foto, karena hape saya rusak kameranya. 

* Rute terakhir 

Rute terakhir kami sebenarnya adalah Padang Mangateh, tempat peternakan sapi yang kata Aji bagus dan indah pemandangannya. 

Namun sayang, kami tidak diberikan izin untuk masuk. Karena sedang ada vaksinasi untuk hewan ternak disana. Jadi saya hanya bisa memoto dari luar saja. Memang indah sepertinya. 


Sore itu kami memutuskan untuk balik ke Pekanbaru. Sebelumnya kami membeli oleh2 untuk keluarga di Pekanbaru. 

Noted : 

Kami berpapasan dengan ambulan yang membawa ketiga korban tabrakan di Jalan Raya Kubang, yang kami tidak tau sebelumnya akan kejadian itu. Karena kami terlalu sibuk dengan Google Maps dan membatasi paket internet kami, karena keuangan yang menipis. 

Kami baru menyadarinya setelah beberapa jam tiba di rumah dan beristirahat. Aji mengabari kami dan kami sangat bersyukur, karena Allah SWT masih memberikan kami kesempatan untuk terus beramal dan beribadah kepada-Nya. 

Di lain sisi, kami mengucapkan Turut Berduka Cita atas korban yang bernama Annisa, Zahra dan Tomo. Semoga almarhumah dan almarhum ditempatkan di sebaik2 tempat dan dimaafkan segala dosanya. Diterima segala amal ibadahnya oleh Allah SWT, Aamiin ya Rabb... 

* Kenapa nama kami Nongki Bacem ver 2.0?

Nongki adalah sebutan untuk nongkrong. Sementara bacem adalah dagangan Aji dulu di tongkrongan yang paling sering kami beli. Namun setelah Aji memutuskan berhenti jualan bacem dan fokus jualan bandrek, kami sering menyindir Aji, hingga membuatnya kesal. 

Akhirnya Aji tutup usaha, karena bandrek dan dimsum ternyata tidak begitu worth it atas usahanya. 

* Kenapa ver 2.0?

Dulu saya pernah membuat grup, yang anggotanya bertiga, yaitu saya, Ojak dan Ridho Rasyid. Nama grupnya R2O, singkatan dari 2 Ridho dan 1 Ojak. 

Namun grupnya tidak bertahan cukup lama, karena Ridho Rasyid harus kuliah dan jarang nongkrong dengan kami. Alhasil kehilangan Ridho Rasyid digantikan oleh Mardi, lalu Aji. 

Nama awal adalah hanya 'Nongki Bacem' lu inisiatif saya berubah menjadi 'Nongki Bacem' ver 2.0'. 

Bonus : 

Lokasi : Rumah Mardi

Akhir kata, saya ucapkan terimakasih karena sudah membaca cerita perjalanan Nongki Bacem ver 2.0 menaklukkan Sumbar dengan Scoopy. 

Mohon maaf jika ada salah kata dan perbuatan dan semoga kita semua selalu diberikan kemudahan dalam menyelesaikan urusan dan pekerjaan kita semua. Buat yang belum kerja, semoga bisa segera mendapatkan pekerjaan. Yang udah dapat kerja, semoga bisa konsisten dengan pekerjaannya. 

Yang jomblo, segera dapat pasangan dan yang udah punya pasangan, semoga segera dipermudah segala urusannya untuk lanjut ke jenjang yang lebih serius. 

Wassalam.


Ttd, 



( Nongki Bacem ver 2.0 ) 




BLOGGER : #6 JELEK-JELEK PENULIS KELILING SUMBAR ( Sijunjung - Solok - Padang - Pariaman - Angso Duo - Puncak Lawang - Bukti Tinggi - Payakumbuh ) ft. Nongki Bacem ver 2.0

 

Aji - Ojak - Mardi - Ridho
📸 : Tumpukan Batu 
Lokasi : Puncak Lawang 25 

* Tujuan Yang Tercapai dan Di Luar Ekspetasi 

Alhamdulillah, tujuan utama kami tercapai, yaitu menyebrang. Setelah lama tidak melintasi laut, akhirnya saya bisa merasakan udara laut yang menyegarkan. Meski celana kami tidak bisa dipakai karena sudah terkena air laut. Mau dicuci, sebaiknya direndam dulu agar tidak korosi. 

Alhasil, saya dan Ojak ganti celana ( terlihat di foto setelah dari Pariaman, Angso Duo. ). Saya memakai celana longgar santai bergambar batik dan Ojak dengan celana pendek biru muda. Aji masih setia memakai celana panjang yang sejak awal memang sudah mereka pakai. Mardi menukar celananya dengan warna yang sama dengan celana awal saya, coklat. 

Saya dan Ojak tidak membawa banyak kaos, hanya dua. Mardi membawa cukup banyak celana dan kaos. 

Khusus ketiga teman saya, Aji, Ojak dan Mardi, mereka ternyata membawa kemeja. Saya yang tidak terbiasa memakai kemeja di perjalanan karena tidak suka panas2an, lebih suka membawa switer dan jaket ( termasuk jaket Jelek-Jelek Penulis. 

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah saudara Mardi, kami disuguhi dengan pemandangan pantai di sebelah kanan dengan saya dan Ojak nyeker kembali ( saya belum beli sendal di Naras ). 

Dengan kaki yang masih berpasir-pasir, akhirnya kami tiba di rumah saudaranya Mardi, tepatnya paman dan bibinya. 

Ada kejadian di luar ekspektasi kami. Ojak ditelfon pamannya, untuk mampir ke tempatnya. Karena memang dekat. Aji juga ingin ke ATM untuk menarik uang, karena uang pegangannya mulai menipis. Bahkan saya dan Ojak akhirnya memakai dana darurat kami. Di luar ekspektasi memang. 

Kami mengira akan hanya habis sekian2, tapi ternyata lebih. Tapi lega dan terasa luas, karena memang liburan kali ini sangat menyenangkan. 

Mardi tidak bisa ikut kami ke tempat pamannya Ojak, rumah peninggalan kakek dan neneknya. Kami terjebak hujan dari sore hingga malam hari, pukul 7, setelah sholat Maghrib. 

Ojak - Aji - Ridho 
📸 : Kursi dan Hape Saya

Sayang sekali Mardi tidak bisa ikut dengan kami, karena setelahnya kami makan bakso di Naras, tak jauh dari rumah kenalan saya yang sudah saya anggap seperti orangtua saya sendiri. 

Namun sayang, saya tidak bisa berjumpa dengan mereka, karena sedang ada acara disana. Kami pun memutuskan balik ke rumah kakeknya Ojak dan beristirahat disana. 

* Menuju Puncak Lawang dan Rute Terakhir 

Kami berangkat ke tempat saudaranya Mardi, pagi setelah sarapan dan beraya di rumah pamannya Ojak. Di mana Mardi sudah menunggu kami di rumah saudaranya. 

Kami dibekali nasi dan lauk untuk dimakan ketika istirahat nanti. Kalau makan di jalan jelas tidak mungkin, makannya harus di pinggir jalan. Nanti bisa kena tabrak kalau makan di jalan. 


Kami beristirahat sebentar dan melaksanakan sholat Zuhur dahulu. Disini Mardi dan Aji sholat duluan, karena saya dan Ojak harus menjaga motor yang diparkirkan di luar. 

Sambil ngemil gorengan dan sedikit ngobrol membahas apa yang akan kami lakukan di Puncak Lawang nanti, kami sedikit tertawa karena teringat dengan Kodok Pangkalan. 


Perjalanan kami masih panjang. Saya menyetir motor Ojak dengan Ojak saya bonceng. Sementara Aji membonceng Mardi. 

Jalanan tanjakan dan turunan yang curam kami lewati. Dengan hati2 (bukan paru2) dan waspada, akhirnya kami tiba di tujuan kami. Meski saya dan Ojak sempat kehilangan Aji dan Mardi, yang ternyata mereka sudah berada di puncak dan tidak masuk ke dalam wisata Puncak Lawang. 

📸 : Aji 

Kami tiba di Puncak Lawang dengan perasaan puas dan bangga. Langsung saja kami membeli minuman hangat untuk diminum, karena memang cuaca sedang dingin banget. Bahkan danau dibawahnya tidak terlihat lagi, karena tertutup embun entah awan. 

Ojak yang tidak memakai jaket karena jaketnya masih basah, akhirnya memakai jaket dan switer saya. 

Nasi dan lauk yang dibawakan bibi dan neneknya Mardi kami makan di Puncak Lawang 25, di tengah cuaca hujan dan menyeduh kopi hangat. 

Cuaca benar2 dingin dan berkabut. Kamu memutuskan untuk semakin memelankan laju motor, meski kami dikejar waktu sebenarnya. Namun sebelum meninggalkan Puncak Lawang dan pergi ke Rute Terakhir, seperti biasa kami foto2 untuk dijadikan kenang2an. Tahun depan atau lain waktu, belum tentu kami bisa menikmati perjalanan bersama lagi. 

Ridho - Aji - Mardi - Ojak 

( Danaunya mulai kelihatan setelah hujan reda. Masih dengan gestur tangan 'muncung' kami. )

Ridho - Aji - Mardi - Ojak 

( Ketika makan, menikmati nasi dan lauk yang dibawakan bibi dan neneknya Mardi. Disini saya sudah menukar jaket saya, ke jaket Jelek-Jelek Penulis. Selain karena cuaca dingin, saya juga kedinginan dan ingin foto dengan jaket kebanggaan saya ini. Ojak juga sudah memakai switer dan jaket saya. )

Note : Disini saya tidak memakai kaos dalam, tapi saya memakai switer Nike yang saya pakai ketika di Pantai Air Manis. Meski tebal, tapi tetap dingin juga. Benar2 dingin. 

Ada pun foto2 lain kami yang saya jadikan sampul untuk cerita perjalanan kami ini : 

Aji - Ojak - Mardi - Ridho 
📸 : Tumpukan Batu 

Aji - Ojak - Mardi - Ridho
📸 : Tumpukan Batu 

Ojak - Ridho - Aji 
Mardi

Aji - Ridho - Mardi - Ojak 

Di perjalanan kami ini, saya berpikir, "Sepertinya perjalanan kami tidak akan bisa terjadi lagi di masa yang akan datang.". Karena setiap manusia memiliki jalan hidupnya masing2. 

Bahkan saya sudah sulit untuk berjumpa dengan dua sahabat saya dan kembali seperti dulu, karena memang kami sudah disibukkan dengan urusan dan memiliki kehidupan masing-masing. 

Saya ngobrol dengan Ojak tentang rencana kami di masa yang akan datang, "Ke Sumatera Utara, pak.". Saya langsung terdiam, karena memang ke Sumatera Utara jauh lebih menyenangkan, namun lebih lebih lagi capeknya. Bisa2 pantat kami tepos sampai Medan. 

"Naik mobil, pak." kata saya, dan Ojak, "Gas!!". 

* Lanjut Bukittinggi!!!!

Sempat ada tanda jalan yang menunjukkan kalau ke Medan belok ke kiri. Lalu saya dan Ojak menyalakan sen ke kiri dan Aji yang menyetir motor di belakang kami langsung terperanjat. "Gas!!!"

Sementara Mardi, "Mati aku nanti woy!".

---- Gas ke part #7, guys.