Jumat, 15 November 2024

BLOGGER : Air Susu Dibalas Air Sungai Siak

 Assalamualaikum Wr. Wb

Malam, guys, all, semuanya dan semaunya. Apa kabar dan kabar apa?

Dulu aku kalau menulis karena hobi, iseng dan mengisi waktu luang. Gabut lah istilahnya. Tapi sekarang, masih hobi, tapi gak gabut juga. 

Oiya, buat pembaca baru, perkenalkan namaku Ridho. Lengkapnya Mie Ayam pake bakso, 17rb. Udah pake teh es segelas.  Keluargaku memanggilku "Abang" atau "Ai". 

Aku itu aslinya orang penakut dan emang dasarnya tolol, kalau bahasa kasarnya. Kalau bahasa halusnya, gak enakan. Baik itu sama keluarga ataupun orang lain. Tapi lebih gak enakan ke keluarga. 

Saat ini aku bekerja sebagai driver paket di salahsatu perusahaan yang terbilang besar dan bagus namanya. Aku ralat dikit, sebenarnya aku membantu adikku yang nomor tiga biar dia ada pemasukan, adikku nomor dua juga, ayahku dan adik2 dua paling bungsu, nomor empat dan lima. 

Aku beradik 5 orang, semuanya cowok. Jadi aku anak ke berapa, kalian pasti sudah bisa menebaknya dengan benar. 

Yups, benar. Aku anak nomor 18. 

Dokter yang pernah aku datangi mengatakan aku mengalami gejala penyakit tipes, 3 tahun lalu. Sejak saat itu aku sadar kenapa dan why aku mudah capek, ngantukan dan cepat lelah. Gak bisa kena angin malam dan mudah sakit juga. 

Tapi emang dasar akunya tolol gak mau merepotkan keluarga, jadinya aku gak tinggal dengan ayah, ibu dan adik2. Ditambah rumah kami juga jauh dari kota dan aku sulit mendapatkan akses buat pergi kerja. Biasanya berangkat subuh, nyampenya magrib. 

Bercanda Maghrib.

Pokoknya berangkatnya agak dicepatin gitulah. Ditambah aku juga on time orangnya. 

Si paling on time gak tuh. Hahahahaha...

Aku itu tolol, tapi aku punya alasan kuat kenapa gak mau merepotkan keluargaku. Ibuku hari itu sakit dan adikku nomor dua juga sakit. Ditambah aku juga sakit. Sakit aja semuanya dah. Jadinya aku gak mau mengatakan kalau aku sakit dan mencoba untuk berobat sendiri dan sembuh sendiri. Aku bikin BPJS mandiri, ya karena emang aku udah 25 ke atas umurnya dan gak ditanggungjawab oleh BPJS dari tempat kerja ayahku. 

Aku rutin ke dokter, selain ke dokter gigi. Aku ke dokter buat ngecek kesehatanku. Ke dokter gigi buat nambal dan cabut gigi graham yg sudah tidak bisa ditolong lagi. 

Keluargaku sangat sayang padaku, tapi akunya emang tolol. Hahaha... 

Tolol kali sumpah. 

Mana judulnya air susu dibalas air sungai Siak. Maksudnya apa coba?!

Minggu, 22 September 2024

Blog JELEK-JELEK PENULIS : Kenapa Namanya 'Yudistira R Pratama'?

Assalamualaikum, rekan2 dan saudaraku semua. Semoga kita selalu diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalani urusan dan pekerjaan, juga menyelesaikan masalah dan kesulitan yang sedang kita hadapi. Aamiin ya rabb...

Lama tak bersua dan hadir di blog ( yang biasa saja ) ini, aku jadi merasa bersalah karena sepertinya banyak pembaca yang menunggu2 cerita dariku. (Affah Iyah?) *PD aja dulu gak sih? 

Kita kenalan ulang deh.

Namaku Ridho, biasa dipanggil Ridho, Edo atau Arie. Tapi kebanyakan orang yang tidak mengenalku tidak akan memanggilku, kecuali kalau aku belum bayar makanan atau minuman yang sudah kubeli. 

Aku lahir dan besar di sebuah kota yang identik dengan julukan "Kota 1000 Parkir", pada tahun 1996. 

Segitu aja perkenalannya, karena enggak begitu penting juga sebenarnya. 

Aku mau membahas soal nama akun IG-ku yang baru. Karena akun IG lamaku sudah kututup, dengan alasan yang belum bisa aku ataupun sopir becak jelaskan. Bahkan kuli bangunan dekat rumahku pun juga tidak bisa. ( Enggak lucu. Dahlah. )

Aku memiliki nama akun IG yang lumayan panjang, setidaknya tidak sepanjang kereta api. Tapi tidak ada hubungannya dengan nama asliku.

Namun, ada hubungannya dengan karakterku. 


Nama akunku 'Yudistira R Pratama'. 

Detailnya : 

1. Yudistira, aku ambil dari aku yang merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, yang semuanya kami laki2. Sesuai dengan 5 Pandawa, yang nama anak pertamanya dan tertuanya, Yudistira. 

( Dari kiri, Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. )

2. R, adalah Ridho. Nama 'depan' asliku. Nama pemberian yang aku tidak tau dari siapa. Orangtua, kakek, nenek atau adik2 ibuku, aku tidak pernah bertanya pada mereka.

3. Pratama, yang kita tau identik dengan nama anak laki2 pertama. 

Udah, itu aja. Semoga tidak bermanfaat. Sekian dan terima gaji. 

Bukan aku dan saudara2ku, tapi teman2ku.
( Dari kiri, Ibrahim, 'aing', Aldi, Iqbal 'teman SMK-ku yang membawaku ke circle futsalnya dan Muhammad Rasyid Ridho, yang kebetulan namanya ada Ridho nya juga. )

Nitip disini aja yak fotonya. Biar enggak hilang. Hehee... 😁


Selasa, 07 Mei 2024

Jelek-Jelek Penulis : Sehat itu Murah, tapi Susah.

 Assalamualaikum Wr. Wb

Selamat pagi, bapak, ibu, kakak, abang, adek, yang berbahagia. Semoga kita selalu diberikan kemudahan dalam menjalani dan menyelesaikan segala urusan dan pekerjaan. Aamiin.

Kali ini aku mau membahas tentang kesehatan.

Banyak yang mengatakan sehat itu mahal. Ada juga yang mengatakan, sehat itu mudah. Tapi menurutku, sehat itu murah, juga susah. Selagi ada jalan dan niat, pasti bisa. 

Kenapa?

Semenjak aku mengurus BPJS mandiri, aku jadi bisa berobat tanpa harus takut keluar banyak uang. Sebelum2nya aku juga punya BPJS, tapi yang masih tergantung dengan ortuku, sebab ortuku ASN. Setelah umur 25 dan kuliahku tidak selesai, aku baru mengurus BPJS setelah ibuku meninggal pada 21 Oktober 2023 lalu. 

Aku bukan mau menjual cerita sedih, ataupun mempromosikan BPJS. Karena banyak orang-orang disekitarku tidak mengurus BPJS, sebab mereka mengatakan, "Untuk apa?". 

Memang banyak drama tentang BPJS ini. Aku tidak bisa menjelaskannya, walaupun aku sudah pernah merasakannya dulu dan melihat dengan mata kepalaku sendiri. Menurutku itu semua hanyalah oknum. Kembali kukatakan, hanya oknum. 

Dulu aku memakai BPJS kelas 1, masih ikut ortuku yang bekerja ASN. Namun sudah tidak dan beralih ke BPJS mandiri. Aku yang belum mendapatkan pekerjaan tetap, harus membayar sekian rupiah. Alhamdulillah, selalu saja ada rejeki dan uang masuk. Entah itu dikasih tante ( adik ibuku ), pamanku ( abang ibuku ) dan dari pekerjaan sampinganku, yang tidak bisa kusebut disini. Yang jelas, pasti halal. 

Namun aku berpikirnya seperti ini, sehat itu harus. Meski susah, karena ada beberapa individu pasti akan menunda-nunda dan merasa, "Nanti ajalah. Besok2 juga bisa.". Menyepelekan juga termasuk. 

Karena beberapa hari lalu, salahsatu anggota keluargaku berkata, "Masih muda, tapi kok udah rajin ke rumah sakit?". Mungkin kalau kasarnya, "Masih muda kok udah sakit2an?" secara tidak langsung. 

Sakit tidak mengenal usia. Bahkan mati apalagi. Mau tua, mau muda, pasti akan sakit. 

Aku sering ke rumah sakit setelah ibuku meninggal. Karena pelan-pelan aku drop, jadi banyak pikiran. 

"Jangan banyak pikiran kali. Dibawa santai aja."

Tidak semudah itu kawanku. Masa depan dan pendidikanku tidak tertata rapi oleh orangtua dan keluargaku. Ekonomiku tidak sebagus ekonomi kalian. Keberuntunganku tidak seberuntung kalian. Kepintaranku tidak sepintar kalian. Nasibku tidak sebaik nasib kalian. Prosesku tidak semudah dan selancar proses kalian. Setiap orang memiliki takdir dan kehidupannya masing-masing. 

Aku menderita asam lambung yang berawal dari magh. Juga kelalaianku ketika masih kecil yang jarang menggosok gigi sebelum tidur. Juga karena kecelakaan yang membuatku harus rajin ke rumah sakit. Tidak berat, tapi setidaknya masih bisa diatasi. 

Pikirku, mungkin sekarang aku rajin ke rumah sakit dan mengobati penyakit ini, tapi ketika hari tuaku tiba, aku bisa menikmati hari tuaku dengan baik. 

Seperti, makan daging, jalan-jalan dengan cucu dan keluarga, menikmati jerih payah dari apa yang kukerjakan dan kuupayakan di usia muda. Karena banyak orang-orang di luar sana yang sudah tua, tapi tidak bisa dan boleh makan daging. Kolesterol, diabetes, tidak punya gigi, dll.

Ada orang yang tidak bisa dan boleh juga minum kopi atau pun minuman kafein di usia 

Karena itu aku mengatakan, sehat itu murah, karena ada BPJS. Sehat itu susah, karena kita sering menunda-nunda dan menyepelekan sebuah penyakit. Mungkin sekarang tidak terlalu parah, namun suatu saat nanti, pasti akan terasa. Benar? 

Contohnya saja, seperti ketika kecelakaan. Mau itu sepeda motor atau pun mobil. Atau kendaraan lainnya. Kita tidak mengalami luka yang parah, tapi jika tidak diperiksa secara menyeluruh, akan kita rasakan di umur dan usia yang tua. 

Jadi, apakah kalian mau menyepelekan sesuatu, apalagi penyakit? 

🙂

Rabu, 01 Mei 2024

Jelek-Jelek Penulis : Budaya Antri

 ANTRI/ANTRE 

Assalamualaikum, guys. Selamat malam. Salam sejahtera dari saya. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya, dipermudah segala urusan dan pekerjaan. Aamiin...

Kali ini aku mau membahas tentang 'Antre' atau 'Antri'. 

Mungkin kalian sering mendengar "Bebek aja mau ngantri. Sabar dong.". 

Ilustrasi : Bebek Ngantri

Antre atau yang sering kita ucap dan tulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berdiri untuk mendapat giliran

Biasanya orang-orang antri untuk membayar sesuatu. Salahsatunya membayar barang yang sudah dibeli di kasir. Mengantri itu harus, bertujuan agar tidak berdesak-desakan. Tertata rapi dan disiplin. 

Tapi, apakah kalian pernah diserobot antriannya oleh orang lain? 

Aku sering. 

Dan bagaimana reaksi kalian? Apakah kalian marah atau diam saja?

Kemarin malam saja contohnya. 

Kejadiannya, aku dimintai tolong adik ibuku untuk membeli roti di A***mart. Ketika mau membayar, aku ngantri di belakang bapak-bapak. Setelahnya adalah giliranku. Sebenarnya ketika bapak tersebut melakukan transaksi dengan kasir, satu pasangan laki-laki dan perempuan masuk ke dalam A***mart. Mereka berdiri di sampingku, bukan di belakang. 

Ketika si bapak sudah meninggalkan tempatnya, tiba-tiba si cowok bilang, "Mbak, isi pulsa. 50rb." ke karyawan A***mart. Aku diam sambil ngelihat si Abang. Kukira si kakak kasir bakal ngeladenin, karena uangnya diletakkan di depannya. Diterima? Tidak. Hanya dipegang sebentar, lalu senyum sebentar. 

"Oh iya, mas, ini aja?" 

Alhamdulillah, kakak karyawan A***mart bertanya padaku. 

Ini real dan aku cuma senyum tipis saja melihat abang-abang itu, sambil berjalan keluar. 

Lalu ada satu kejadian lagi, yang aku alami 5 hari lalu. 

Ada satu bakso tusuk langgananku, yang memang enak rasanya. Sudah jadi langganan sejak masih kuliah sampai sekarang. Aku datang agak telat, karena udah ramai. Salahku memang. 

Tapi aku tetap ngantri.

Lalu ketika tiba giliranku, salahsatu perempuan, sendirian dia, "Bu, 10rb campur ya.". Ngantrinya memang bukan berdiri berderet ke belakang, tapi mengelilingi si ibu pedagang. Aku diam, ngelihatin si kakak. Sementara si ibu pedagang, "Mas ini duluan ya, kak.".

Aku bilang ke ibunya, "Kakak ini aja dulu, Bu. Buru-buru banget kayaknya. Enggak apapa.". 

Jujur saja, memang tak apa-apa. Karena aku juga tidak buru-buru, tapi heran, 'Kok orang-orang masih ada yang enggak tau budaya antri ya?'. 

Apa susahnya ngantri?

Hal Lain dan Penting

Apa yang akan kalian lakukan kalau pergi ke SPBU ( mau isi bensin ), tapi ternyata antriannya panjang?

Aku pernah mengantri dari jauh-jauh banget, lalu ketika sudah mau dekat, kena potong. Lalu aku diam saja, tapi orang yang di belakangku tidak. 

Ribut? 

Tidak. Justru malah orang itu menyadari kesalahannya dan minta maaf. Karena katanya dia memang buru-buru. 

Aku tidak tau kenapa, aku diam saja kalau dijahatin. Menurutku itu aku dijahatin. Karena aku sudah capek-capek ngantri, eh, dipotong. Aku diam pun sebenarnya aku bukan marah, aku heran, "Nih orang napa dah? Kocak.". 

Daripada marah, mending ingatin. Jika tidak mau diingatin, barulah harus tegas. 

Tapi ya aku aneh juga ya. Kok aku diam?

Aku bukan tipe orang yang mudah marah. Kalau pun marah, marahku hanya diam. Tidak dipendam, tapi diam. Karena sebaik-baiknya orang, adalah orang yang amarahnya tidak meluap-luap. Apalagi sampai terlepas. 

Begitu saja cerita kali ini, semoga menginspirasi dan memotivasi. See u, guys.

Wassalamu'alaikum...

Senin, 18 Maret 2024

BLOGGER : PUNYA KENANGAN APA DENGAN BUKU INI?

 Pekanbaru, Selasa, 19 Maret 2023.

Punya kenangan apa dengan buku ini?

Entah bagaimana awal mula buku ini tercipta dan siapa pelopornya pertama kali, tapi yang jelas kita ( umat Islam ) pasti sudah tidak asing dengan buku catatan Amaliyah Ramadhan ini. 

Pertama kali memiliki buku ini, waktu itu aku masih SD kelas 1. Ketika masih TK pernah punya, tapi buku biasa ( yang buku tulis sinar dunia ) ketika baru awal2 belajar mengeja dan menulis. Ditemani oomku ( adik ibuku ) dan dibantu apa2 saja yang harus ditulis waktu itu. Namun hanya sampai 5 hari, tidak pernah lagi aku lanjutkan. Alasannya?  Capek 😅 

Iya, kalian enggak salah baca. Capek doang. 

Ketika masuk SD dan sebelum memasuki awal Ramadhan, kami diberikan buku catatan Amaliyah Ramadhan, gratis. Dulu covernya gambar Masjid Baiturrahman yang ada di Aceh sana. Warnanya full putih dengan garis gambar biru muda. Kebetulan nama Masjid tempat aku tinggal Masjid Baiturrahman juga.  

Aku dan beberapa anak2 lainnya mencatat tuh, isi ceramah setiap sebelum terawih. 

Di papan di luar Masjid, biasanya ditempel jadwal, judul dan nama penceramah di hari 1 sampai dengan 29. Mungkin ada juga yang 30 ya. 

Setelah terawih, buku akan dikumpulkan dan ditandatangani oleh penceramah di malam itu. Sekalian bisa minta cap dengan penjaga Masjid, Imam atau Muadzin. Setelahnya, lanjut tadarus Al-Qur'an sampai pukul 11 malam. 

Menyenangkan memang, tapi itu semua tidak berlangsung lama. 

Lalu apa yang akan dilakukan setelah Ramadhan usai? 

Sudah pasti buku Amaliyah Ramadhan akan dibawa ke sekolah dan dikumpulkan. Dulu kalau kata guru Agama Islam, bakal jadi nilai tambah. 

Sampai suatu saat, ketika aku kelas 3 SMP, aku memutuskan untuk tidak menulis dan membawa buku catatan Amaliyah Ramadhan. Karena sudah 5 tahun sejak kelas 5 SD, sekolah tidak membagikan buku catatan Amaliyah Ramadhan gratis. Disuruh beli sendiri. 

Dari kelas 5 SD sampe kelas 2 SMP, aku beli di toko buku. Harganya masih 3rb - 4rb waktu itu. 

Kelas 3 SMP, aku adalah satu dari sekian banyak anak2 yang tidak menulis dan membawa buku catatan Amaliyah Ramadhan. Aku ditanya dan dibilang, "Nanti enggak naik kelas loh kau.".

Aku gak takut. B aja. Lagipula aku juga heran. Padahal udah ngumpulin buku catatan Amaliyah Ramadhan, tapi nilaiku malah biasa2 aja. Tidak tinggi dan tidak rendah. Malah buruknya, nilai pelajaran agama Islamku ketika masih kelas 1 SMP s/d 2 SMP malah merah. Alias dibawah KKM. Yang artinya, aku harus remedial. 

Remedialnya gampang. Hanya diminta membaca surat2 pendek di dalam juz 30, minimal 10. 

Ada sih beberapa kecuranganku dulu dalam mengisi catatan Amaliyah Ramadhan. Bukan dalam sholatnya, melainkan paraf/tandatangan dan cap. 

Aku lupa pastinya kapan, tapi karena ustadz yang ceramah di hari itu langsung pulang, beberapa kejadian ya, akhirnya aku minta ayahku/ibuku/oomku dan tanteku yang paraf. Soal cap, bisa minta nanti kalau udah mau hari ke-29 atau ke-30. 

Jadi double atau dikumpulkan gitu. Hehe...

Kalau mengingat momen itu, sedih dan senang. Sedih karena teman2 yang dulu seperjuangan dan serating sudah jauh. Senang, karena ternyata masih ada bocil2 yang nyatat buku Amaliyah Ramadhan. 

Kalau kalian punya kenangan apa nih tentang buku catatan Amaliyah Ramadhan ini?

Tulis di kolom komentar ya 😁

See you...