Selasa, 07 Mei 2024

Jelek-Jelek Penulis : Sehat itu Murah, tapi Susah.

 Assalamualaikum Wr. Wb

Selamat pagi, bapak, ibu, kakak, abang, adek, yang berbahagia. Semoga kita selalu diberikan kemudahan dalam menjalani dan menyelesaikan segala urusan dan pekerjaan. Aamiin.

Kali ini aku mau membahas tentang kesehatan.

Banyak yang mengatakan sehat itu mahal. Ada juga yang mengatakan, sehat itu mudah. Tapi menurutku, sehat itu murah, juga susah. Selagi ada jalan dan niat, pasti bisa. 

Kenapa?

Semenjak aku mengurus BPJS mandiri, aku jadi bisa berobat tanpa harus takut keluar banyak uang. Sebelum2nya aku juga punya BPJS, tapi yang masih tergantung dengan ortuku, sebab ortuku ASN. Setelah umur 25 dan kuliahku tidak selesai, aku baru mengurus BPJS setelah ibuku meninggal pada 21 Oktober 2023 lalu. 

Aku bukan mau menjual cerita sedih, ataupun mempromosikan BPJS. Karena banyak orang-orang disekitarku tidak mengurus BPJS, sebab mereka mengatakan, "Untuk apa?". 

Memang banyak drama tentang BPJS ini. Aku tidak bisa menjelaskannya, walaupun aku sudah pernah merasakannya dulu dan melihat dengan mata kepalaku sendiri. Menurutku itu semua hanyalah oknum. Kembali kukatakan, hanya oknum. 

Dulu aku memakai BPJS kelas 1, masih ikut ortuku yang bekerja ASN. Namun sudah tidak dan beralih ke BPJS mandiri. Aku yang belum mendapatkan pekerjaan tetap, harus membayar sekian rupiah. Alhamdulillah, selalu saja ada rejeki dan uang masuk. Entah itu dikasih tante ( adik ibuku ), pamanku ( abang ibuku ) dan dari pekerjaan sampinganku, yang tidak bisa kusebut disini. Yang jelas, pasti halal. 

Namun aku berpikirnya seperti ini, sehat itu harus. Meski susah, karena ada beberapa individu pasti akan menunda-nunda dan merasa, "Nanti ajalah. Besok2 juga bisa.". Menyepelekan juga termasuk. 

Karena beberapa hari lalu, salahsatu anggota keluargaku berkata, "Masih muda, tapi kok udah rajin ke rumah sakit?". Mungkin kalau kasarnya, "Masih muda kok udah sakit2an?" secara tidak langsung. 

Sakit tidak mengenal usia. Bahkan mati apalagi. Mau tua, mau muda, pasti akan sakit. 

Aku sering ke rumah sakit setelah ibuku meninggal. Karena pelan-pelan aku drop, jadi banyak pikiran. 

"Jangan banyak pikiran kali. Dibawa santai aja."

Tidak semudah itu kawanku. Masa depan dan pendidikanku tidak tertata rapi oleh orangtua dan keluargaku. Ekonomiku tidak sebagus ekonomi kalian. Keberuntunganku tidak seberuntung kalian. Kepintaranku tidak sepintar kalian. Nasibku tidak sebaik nasib kalian. Prosesku tidak semudah dan selancar proses kalian. Setiap orang memiliki takdir dan kehidupannya masing-masing. 

Aku menderita asam lambung yang berawal dari magh. Juga kelalaianku ketika masih kecil yang jarang menggosok gigi sebelum tidur. Juga karena kecelakaan yang membuatku harus rajin ke rumah sakit. Tidak berat, tapi setidaknya masih bisa diatasi. 

Pikirku, mungkin sekarang aku rajin ke rumah sakit dan mengobati penyakit ini, tapi ketika hari tuaku tiba, aku bisa menikmati hari tuaku dengan baik. 

Seperti, makan daging, jalan-jalan dengan cucu dan keluarga, menikmati jerih payah dari apa yang kukerjakan dan kuupayakan di usia muda. Karena banyak orang-orang di luar sana yang sudah tua, tapi tidak bisa dan boleh makan daging. Kolesterol, diabetes, tidak punya gigi, dll.

Ada orang yang tidak bisa dan boleh juga minum kopi atau pun minuman kafein di usia 

Karena itu aku mengatakan, sehat itu murah, karena ada BPJS. Sehat itu susah, karena kita sering menunda-nunda dan menyepelekan sebuah penyakit. Mungkin sekarang tidak terlalu parah, namun suatu saat nanti, pasti akan terasa. Benar? 

Contohnya saja, seperti ketika kecelakaan. Mau itu sepeda motor atau pun mobil. Atau kendaraan lainnya. Kita tidak mengalami luka yang parah, tapi jika tidak diperiksa secara menyeluruh, akan kita rasakan di umur dan usia yang tua. 

Jadi, apakah kalian mau menyepelekan sesuatu, apalagi penyakit? 

🙂

Rabu, 01 Mei 2024

Jelek-Jelek Penulis : Budaya Antri

 ANTRI/ANTRE 

Assalamualaikum, guys. Selamat malam. Salam sejahtera dari saya. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya, dipermudah segala urusan dan pekerjaan. Aamiin...

Kali ini aku mau membahas tentang 'Antre' atau 'Antri'. 

Mungkin kalian sering mendengar "Bebek aja mau ngantri. Sabar dong.". 

Ilustrasi : Bebek Ngantri

Antre atau yang sering kita ucap dan tulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berdiri untuk mendapat giliran

Biasanya orang-orang antri untuk membayar sesuatu. Salahsatunya membayar barang yang sudah dibeli di kasir. Mengantri itu harus, bertujuan agar tidak berdesak-desakan. Tertata rapi dan disiplin. 

Tapi, apakah kalian pernah diserobot antriannya oleh orang lain? 

Aku sering. 

Dan bagaimana reaksi kalian? Apakah kalian marah atau diam saja?

Kemarin malam saja contohnya. 

Kejadiannya, aku dimintai tolong adik ibuku untuk membeli roti di A***mart. Ketika mau membayar, aku ngantri di belakang bapak-bapak. Setelahnya adalah giliranku. Sebenarnya ketika bapak tersebut melakukan transaksi dengan kasir, satu pasangan laki-laki dan perempuan masuk ke dalam A***mart. Mereka berdiri di sampingku, bukan di belakang. 

Ketika si bapak sudah meninggalkan tempatnya, tiba-tiba si cowok bilang, "Mbak, isi pulsa. 50rb." ke karyawan A***mart. Aku diam sambil ngelihat si Abang. Kukira si kakak kasir bakal ngeladenin, karena uangnya diletakkan di depannya. Diterima? Tidak. Hanya dipegang sebentar, lalu senyum sebentar. 

"Oh iya, mas, ini aja?" 

Alhamdulillah, kakak karyawan A***mart bertanya padaku. 

Ini real dan aku cuma senyum tipis saja melihat abang-abang itu, sambil berjalan keluar. 

Lalu ada satu kejadian lagi, yang aku alami 5 hari lalu. 

Ada satu bakso tusuk langgananku, yang memang enak rasanya. Sudah jadi langganan sejak masih kuliah sampai sekarang. Aku datang agak telat, karena udah ramai. Salahku memang. 

Tapi aku tetap ngantri.

Lalu ketika tiba giliranku, salahsatu perempuan, sendirian dia, "Bu, 10rb campur ya.". Ngantrinya memang bukan berdiri berderet ke belakang, tapi mengelilingi si ibu pedagang. Aku diam, ngelihatin si kakak. Sementara si ibu pedagang, "Mas ini duluan ya, kak.".

Aku bilang ke ibunya, "Kakak ini aja dulu, Bu. Buru-buru banget kayaknya. Enggak apapa.". 

Jujur saja, memang tak apa-apa. Karena aku juga tidak buru-buru, tapi heran, 'Kok orang-orang masih ada yang enggak tau budaya antri ya?'. 

Apa susahnya ngantri?

Hal Lain dan Penting

Apa yang akan kalian lakukan kalau pergi ke SPBU ( mau isi bensin ), tapi ternyata antriannya panjang?

Aku pernah mengantri dari jauh-jauh banget, lalu ketika sudah mau dekat, kena potong. Lalu aku diam saja, tapi orang yang di belakangku tidak. 

Ribut? 

Tidak. Justru malah orang itu menyadari kesalahannya dan minta maaf. Karena katanya dia memang buru-buru. 

Aku tidak tau kenapa, aku diam saja kalau dijahatin. Menurutku itu aku dijahatin. Karena aku sudah capek-capek ngantri, eh, dipotong. Aku diam pun sebenarnya aku bukan marah, aku heran, "Nih orang napa dah? Kocak.". 

Daripada marah, mending ingatin. Jika tidak mau diingatin, barulah harus tegas. 

Tapi ya aku aneh juga ya. Kok aku diam?

Aku bukan tipe orang yang mudah marah. Kalau pun marah, marahku hanya diam. Tidak dipendam, tapi diam. Karena sebaik-baiknya orang, adalah orang yang amarahnya tidak meluap-luap. Apalagi sampai terlepas. 

Begitu saja cerita kali ini, semoga menginspirasi dan memotivasi. See u, guys.

Wassalamu'alaikum...