Minggu, 16 Oktober 2022

BLOGGER : APALAH ARTI SEBUAH NAMA?


 Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah wa syukurilah, akhirnya aku mendapat ilham untuk ngeblog lagi. Semoga enggak ngebosenin seperti biasanya dan buat kalian tertidur 7 hari 7 malam. 

Semoga... 😌

Kita kenalan dulu yuk. ( Buat yang mau aja. )

Namaku Ridho, umur 26 kg, tinggi badan 171 tahun dan berat badan 55 cm, untuk saat ini. Aku lulusan SMK Negeri 2 Pekanbaru, teknik sipil dan pernah kuliah di UNILAK, dan mengambil jurusan teknik sipil juga.

Sebenarnya keluargaku dulu ingin memberiku nama Ismail atau Ibrahim. Sebab aku lahir bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Mungkin kalau aku diberi nama Ismail, sekarang aku akan menjadi pengusaha ayam goreng. ( Mail temannya Upin dan Ipin. )

Dan kalau aku diberi nama Ibrahim, aku akan menjadi peternak hewan, khususnya kambing atau domba. 

Sebenarnya, apalah arti sebuah nama? 

Sebenarnya aku tak pernah ingin mengubah nama asliku, tapi aku selalu kepikiran ingin memakai nama lain. 

Misal, Yudistira Pratama. Yudistira Pratama terdiri dari dua nama depan dan belakang, Yudistira dan Pratama. Yudistira, karena aku anak pertama dari 5 bersaudara. Pratama, aku anak pertama.

Lalu ayahku pernah mengenalkan aku dengan nama 'Edo' di depan salahsatu anak magang. Hingga sampai anak magang itu mengenalku dengan nama 'Edo', dan ternyata anak magang itu satu sekolah denganku. Lewat anak magang itu, aku akhirnya jadian dengan salahsatu temannya. Tapi aku mengatakan namaku bukan 'Edo', melainkan 'Ridho'.

Tapi karena udah terbiasa, ya sudah. 

Nama 'Edo' pun akhirnya terbawa sampai sekarang. Aku membuat akun tinder dengan nama 'Edo' pertama kali. Lalu aku rubah lagi dengan nama 'Dzuhairi'. 

Loh, Dzuhairi? 

Jadi gini. Dzuhairi adalah gabungan Dzulhijjah dan nama panggilan kecilku dari kakek, nenek dan saudara/i ibuku, Arie. Aku iseng. Terus aku cari di internet arti dari Dzuhairi. Ternyata artinya bagus. Dan aku suka. Terus aku mikir, "Kok orangtuaku nggak kepikiran kasih nama ini aja ya?".

Yudistira Pratama, Edo, Dzuhairi, terus apalagi? 

Eh, emang nama asli aku siapa ya? Kan aku belum kasih tau. ( Buat pembaca cerita blog lamaku pasti tau nih. Meski enggak penting2 banget ya buat diketahui. 🤭 )

Ada satu nama lagi yang akhir2 ini terpikir olehku, tapi aku baru jadiin skrip buat naskah novel/bukuku yang akan aku tulis dan kirim selanjutnya.

'Pagi Artama' 

Aku lagi kepikiran dan nyusun skrip buat naskah novel/buku selanjutnya. Nama 'Pagi Artama' terpikirkan olehku karena aku habis nonton film Cinta Laki-Laki Biasa. Terpikirkan aja gitu.

Aku suka film Cinta Laki-Laki Biasa. Karena selain ada dua artis favoritku, Deva Mahendra ( yang main di Tetangga Masa Gitu? ) dan Velove Vexia yang pernah main sinetron yang nyamar jadi cowok dan main bola (lupa nama sinetronnya). Disana Deva Mahendra tampak bijak dan dewasa, tidak seperti di 'Tetangga Masa Gitu?' yang berperan sebagai Bastian, suaminya Bintang yang diperankan oleh Chelsea Islan. 

Velove Vexia juga cantik banget. Pakai hijab cuy.

Aku pribadi suka sama cewek Bondol, yang rambutnya pendek, tomboy, bisa masak air, mancing keributan dan main FIFA. Nggak harus bisa masak. Nanti gofood aja. 😌

Pagi Artama, karena ia lahir di pagi hari dan..?  

Yup, kalian benar.

Senang rasanya jika ada orang yang sepemikiran dan sefrekuensi. Karena aku suka terpikir sebuah ide2 yang orang2 di sekitarku jarang paham. Butuh waktu 3 abad buat mengerti.

Cerita 'Pagi Artama', akan menceritakan tentang seorang laki2 yang menikah dengan teman lamanya yang sudah berpisah dengan mantan suaminya. Inspirasi nama aku dapat dari film Cinta Laki-Laki Biasa, dan ide aku dapat dari sinetron Azab Indosiar. 

Mantap kan? 

Huehuehue...

Ya udah, itu aja. Terimakasih karena sudah membaca cerita singkatku ini, dengan seksama, teman, sahabat, mantan pacar, mantan suami/istri, anak, ayah/ibu, papa/mama, dan dengan siapa saja.

Jangan nantikan cerita singkat (tidak jelasku ini), sebab aku mungkin akan menulis lagi tahun depan. 

See you...

I Love Me ❤️















Minggu, 02 Oktober 2022

BLOGGER : DIAM-DIAM AKU ( INGIN ) PERGI

 Assalamualaikum Wr. Wb.


Aku ingin diam2 pergi dari sini ( rumah ). Karena, . . . .





Namaku Ridho. Ini kisahku yang lain. Pastinya real. Bukan hoax atau dibuat2. Seperti gado2. Fufu 🤭 


Kita memang tidak boleh iri dengan kehidupan orang lain. Karena itu ada istilah 'rumput tetangga akan tampak lebih hijau dari rumput sendiri'. Tapi aku benar2 iri dengan kehidupan orang lain, yang orangtuanya tidak pengekang dan menilai anak2 mereka hanya dari materi saja.


Saat ini, karena aku sedang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan, setiap apa yang aku ucapkan selalu salah dimata mereka. Setiap yang aku lakukan, seakan2 dilupakan begitu saja. 


Mungkin jika kalian membaca blogku sejak awal tahun 2015, kalian akan mengingat apa yang kutulis dahulu. Ya, 'Diskriminasi'. 


Intinya aku dikekang dan dibedakan perlakuannya, dengan adik2ku oleh orangtuaku. 


Aku memiliki suara yang memang agak tinggi, tapi aku bisa bersuara pelan dan rendah. Meski aku memiliki kekurangan, yaitu agak susah bicara, gagap, tapi tidak terlalu. Namun aku juga cukup tegas dan berpendirian. 


Ketika bicara dengan adik2ku, orangtuaku malah mendengarkan dan tak menggubris. 


Aku tau ini semua adalah kesalahanku. Sebab... 


Ketika masih memiliki pekerjaan, aku adalah seseorang yang ringan tangan dalam membantu ekonomi dan kebutuhan keluargaku. Sebelumnya aku mau mengatakan, disini aku tidak menuntut.


Meski gajiku pas2an (tidak UMR apalagi UMK), tapi aku selalu mencukupkannya, agar bisa kuberi untuk orangtua dan adik2ku yang masih bungsu. Aku punya 4 orang adik, yang dua masih sekolah. 2 adikku itu yang kumaksud. 


Aku pernah sampai dicermahai oleh almarhum sahabatku, Febri namanya. Almarhum mengatakan apa yang kulakukan salah. Sebab, aku tidak mementingkan diriku, karena belum tentu orang lain (keluargaku) akan memikirkanku. 


Waktu itu aku mikirnya, "Aku tak peduli. Sebab Allah SWT itu Maha Melihat dan Maha Mengatur Segalanya.". 


Apa yang dikatakan almarhum benar adanya. Mereka memang memikirkanku, tapi mereka lebih menuntutku. 


Sekarang aku tak didengar dan setiap yang kuucapkan dianggap angin lewat. Aku tak mengatakan apa yang kukatakan benar, tapi setidaknya yang aku katakan adalah sesuatu yang terbaik untuk mereka. 


Seperti, makan dan minum jangan berdiri dan jangan pakai tangan kiri. Sehabis makan, langsunglah cuci piring. Kasihan ibu yang kesehatannya tak sebaik dan sesehat dulu. Sebelum tidur, susun buku dan siapkan seragam sekolah untuk besok pagi. Dll.


Ibuku mendukung, tapi tak menegaskan. Kecuali jika di pagi hari. Setiap pagi akan ada keributan, yang dimana suara ibu pasti akan bergema. 


Aku bukan contoh yang baik atau panutan untuk adik2ku saat ini. Karena, aku tak memiliki apa2 lagi. 


Bukan insecure atau overthinking, tapi memang aku tak memiliki apa2 dan tak dipandang baik lagi. 


Beberapa bulan ini aku jarang keluar dan lebih banyak di rumah saja, karena aku pasang badan dan mengalah untuk orangtua dan adik2ku. Sampai ketika hari pertama lebaran Syawal dan Haji, aku di rumah juga. Hari ketiga baru keluar untuk bersilaturahmi.


Sebab, motor dipakai dan jarak rumah kami dari kota cukup jauh. Ditempuh naik motor membutuhkan waktu setengah jam. Ke pusat kota, 1 jam kurang. 


Aku lebih sering memasukan lamaran online di Internet, daripada offline. Alhamdulillah, ada jobfair. Aku bisa memasukkan lamaran ke beberapa perusahaan. Alhamdulillah juga, ada yang dipanggil dan ada yang tidak. 


Menjadi orang yang tidak enakan itu enggak enak. Benar. Aku selalu tidak jadi pergi interview karenanya. Alhasil, aku belum mendapatkan pekerjaan sampai skrg. Meski teman2 sudah memberikan loker di IG, WA dan FB, tapi belum ada yang dipanggil. 


Baru beberapa hari lalu orangtuaku berkata, "Mamak tuh bingung mau jawab apa kalau ada yang nanya kau kerja apa. Kau nggak pernah mau berusaha.". Ayahku menyetujui dan mengatakan aku keras hati dan pelawan, karena aku ingin memberi penjelasan pada ibuku. 


Aku?


Aku menangis dan berdoa di dalam kamar, aku minta udahan. Sebab menurutku, orangtuaku lupa dengan apa yang aku lakukan untuk mereka dan adik2. 


Tapi buatku, ya sudahlah.

Karena itu aku ingin merantau dan pergi jauh. Meski teman2ku ada yang mengatakan, "Nanti kalau orangtua kau kenapa2 gimana? Selagi masih ada, kau buatlah mereka senang dan bahagia, do.". 


Dulu kukira dengan membantu mereka dalam melakukan dan meringankan pekerjaan rumah saja sudah cukup. Setidaknya dengan menikah dan memberikan mereka cucu (seperti adikku yang sudah menikah duluan), tapi ternyata tidak.


Ketika ayah dan ibuku menelfon adikku yang nomor 3 yang sedang di luar kota, aku menangis dibuatnya. Omongannya (orangtuaku) manis dan halus, walaupun ucapan mereka (adik2ku) agar kasar dan nada suara mereka cukup tinggi. 


Ibuku, "Nggak kasih mamak sama ayah uang do?".


Terdengar seperti bercanda? Hohoho . . .

Entahlah. Tapi ibu dan ayahku berkata seperti itu sampai 3 Kali. Terdengar juga nada rendah seperti kecewa.


Adikku? 


Adik2ku (yang nomor 2 dan 3) adalah orang yang berbeda. Yang nomor dua cukup perhitungan dan nomor tiga ringan tangan sepertiku. Bedanya, adikku yang nomor 3 terlihat dan terbuka. Kalau aku, tertutup dan tidak terlihat. 


Karena itu, aku ingin pergi. Sudah berbeda perlakuan dan penilaiannya ibarat langit dan bumi.