Setelah beberapa hari aku memutuskan
untuk berhenti menjadi pedagang, aku pulang ke rumah orangtuaku lagi setelah
beberapa hari tinggal di rumah kakek untuk mencari pekerjaan. Rumah orangtuaku
itu cukup dekat dengan perkampungan.
Pagi hari setelah sahur di kost
salahsatu teman kampusku (dulu), aku pulang ke rumah. Bermaksud ingin langsung
sholat subuh tapi setelah sampai di rumah, eh .. aku malah dikagetkan dengan
tulisan seperti ini. Mataku memang rabun, tapi setidaknya mataku masih bisa
melihat kalau tulisannya masih jelas dibaca.
Bukan kabar yang menggembirakan dan
enak dilihat olehku. Pantas saja kemarin sore ketika ayah dan ibuku baru pulang
dari ziarah ke makam nenek, mereka hanya tampak diam-diam saja ketika aku
menyalami mereka.
Ibuku tampak habis menangis, ayahku
tampak hanya diam membisu tanpa alasan. Ditanya dari mana, ayah hanya diam dan
tidak bisa menjawab. Ayah langsung pergi, duduk bergabung dengan kakek dan
oom-oomku yang ada di ruang tamu.
Dalam hati kecilku bertanya, “Ada
apa gerangan?”.
Hingga akhirnya pertanyaan tersebut
pun terjawab. Ternyata rumah kami sedang dalam penyegelan. Ketika aku baru
sampai, aku langsung berhenti, terdiam dan langsung terduduk lemas. Satu
masalah sudah selesai, dan sekarang masalah datang lagi.
“Apa salah kami? Apa salah ayah dan
ibuku?”
Sedih rasanya jika aku meratapi
kesalahanku. Aku sebagai anak harusnya sudah bisa membanggakan dan membuat
orangtuaku bahagia. Tidak sampai harus melihat orangtua mencari uang dan berusaha
untuk menyelesaikan semuanya.
Memang, selama ini aku sudah
berusaha semaksimal mungkin. Namun, aku sadar usahaku tidak ada hasilnya sama
sekali. Memang aku menang, aku berhasil masuk lima besar dalam suatu perlombaan
menulis artikel. Sudah menang, Alhamdulillah itu malah menjadi dorongan agar
aku kembali menulis cerita untuk dikirim ke penerbit kembali.
Namun, sudah selesai cerita, aku
malah dihadapi lagi dengan orangtuaku yang tidak mendukungku untuk menjadi seorang
penulis. Hingga akhirnya cerita yang sudah jadi, tidak jadi ku-print dan kukirim ke penerbit. Padahal
aku menaruh harapan besar pada dua cerita yang sudah jadi.
Harapan besarku yaitu, aku ingin
membantu menyelesaikan masalah yang sedang kami alami. Bukan hanya satu
masalah, tapi berbagai masalah yang tidak hanya ada satu, tapi banyak.
Aku ingin mereka mengerti dengan apa
yang sudah aku usahakan dan perjuangkan. Namun apa daya, Tuhan itu adil, Tuhan
pasti sudah merencanakan sesuatu padaku, keluargaku dan masa depanku. Sekarang
aku sedang di landa kesusahan dan kesulitan. Bukan hanya dari segi ekonomi,
tapi juga dari segi dukungan dan support.
Sudah kukatakan berkali-kali, tapi
mereka selalu berkata “Kerjakan ajalah yang pasti, jangan yang nggak pasti yang
kau kerjakan. Buang-buang waktu aja kau tuh”. Sama seperti apa yang dikatakan
banyak temanku padaku juga.
Orangtua dan temanku berkata seperti
itu karena mereka memang tidak tahu apa yang akan aku hasilkan nanti. Lewat
bercerita, aku ingin orang-orang tahu betapa sulitnya hidup dan susahnya dalam
mencari kepercayaan seseorang.
Hidup memang sulit, tapi tidak
sesulit yang aku bayangkan. Semuanya bisa saja menjadi mudah. Semua masalah
yang dihadapi oleh seseorang bisa saja selesai dengan selalu sabar dan menerima
ujian dari Tuhan. Percayalah, Tuhan itu adil, Tuhan itu ada dan Tuhan tahu apa
yang terbaik untuk hambanya. Kupercaya kalau Tuhan itu memang adil.
Jangankn kami, yang ngejalani aja ga tau nanti bakal kayak apa.. :)) ngeliat tulisan ini saya jd inget sodara sendiri.. beliau adalah orang yg bebas dan tak mau bekerja di bidang yg bukan passionnya.. jadi beliau nekat jd pengangguran bbrp lama dlm artian bkrja di bidang yg bukan passionnya.. sebab beliau sbagai sulung lelaki dituntut untk bsa membantu ortunya.. tp. emg bener ga ada yg tau rncana tuhan.. skrng beliau bisa dikatakn cukup brhasil usahanya : bisa bkrja sesuai passionnya lgi.. dan slama beliau bkrja di luar passionnya.. beliau jg sambil belajar dan belajar ttg bidang yg disukainya itu.. jdi ketika kembali beliau suda diupgrade skill nya.. *true story* mudahmudahan bisa diambil hikmahnya~~
BalasHapusBtw sodara saya ni mirip.bgt sama bang arie dlm hal memprtahankn passion dan sikap ansosnya.. tp beliau uda brubah skarang.. semangat bang:))
Hapus