Jumat, 28 April 2023

BLOGGER : #5 JELEK-JELEK PENULIS KELILING SUMBAR ( Sijunjung - Solok - Padang - Pariaman - Angso Duo - Puncak Lawang - Bukti Tinggi - Payakumbuh ) ft. Nongki Bacem ver 2.0


Aji - Ojak - Mardi - Ridho 
📸 : Tumpukan Batu
Lokasi : Puncak Lawang 25

* Malin Anak Durhaka 

Pastinya kita sering mendengar kisah Malin Anak Durhaka yang dikutuk Ibunya jadi batu ketika masih kecil, baik itu TK ataupun SD. Untuk membuktikan benar adanya kisah itu, akhirnya kami berhasil sampai ke tempat tersebut, yaitu Pantai Air Manis. 

Untuk tiket masuk satu motor 25rb, bukan per orang. Lalu di dalam juga ada parkir motor kena 5rb. 

Lokasi : Pantai Air Manis 
📸 : Ojak 

Sebelum sampai ke Pantai Air Manis, kami isi perut dulu dengan lontong. Ditemani kucing lucu oyen-putih yang bernama bule. Karena memang dari Mesjid Raya Padang kami belum dapat tempat makan. 

Bule

Ada satu lagi yang sangat kami berkesan, yaitu melewati jembatan kecil di Kota Tua, dekat jembatan Siti Nurbaya. 


Kami tukaran supir. Saya dengan Ojak, Ojak yang bawa. Sedangkan Aji dan Mardi, masih Aji yang bawa. 

Pemandangan di sebelah kanan kami adalah Dermaga yang mengarah ke Laut luas. Banyak kapal bersandar di Dermaga. Mulai dari kapal ikan, penumpang, barang dan milik warga setempat. Pemandangan yang tidak akan pernah kami dapatkan di Pekanbaru. 


Setibanya kami di Pantai Air Manis, kami langsung menikmati indahnya pantai dan memarkirkan motor di tempat yang aman. Tadinya kami mau sewa ATV, tapi tidak jadi karena dana kami tidak mendukung, karena perjalanan kami masih panjang. Masih ada 3 tempat yang harus kami kunjungi. 

Isi perut dulu, guys.👌🏻 


Disini saya merasa bernostalgia karena ini kali kedua saya main ke pantai. Namun sayangnya kami tidak bisa basah2an karena harus ke Pariaman setelah ini untuk menyebrang pulau. 

Ojak - Ridho - Mardi - Aji 
📸 : Abang2 Yang Lagi Main Sama Anaknya di Sekitar Pantai

Aji - Ridho - Ojak
📸 : Mardi 
Ceritanya kendid

Aji - Ridho - Ojak
Mardi 
👍🏻 

Sempat kami berdebat tentang Batu Malin Kundang. Benar atau tidaknya, kami mengambil hikmahnya, kalau jadi anak tidak boleh durhaka dengan orangtua, apalagi dengan Ibu. 

Kami tidak foto di Batu Malin Kundang karena ngantri lama. Ada petugas jasa foto dan itu lama banget. Kami tidak mempermasalahkan bayarannya, tapi lama dan kami dikejar waktu. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk pergi dari Pantai Air Manis menuju Pariaman. 

Memang tujuan kami hanya jalan2 dan sekalian mampir ke tempat saudara atau orang yang dikenal. Juga ingin beraya atau lebaran. 

* Lanjut ke Pariaman dan Angso Duo 

Lokasi : Pantai Gandoriah, Pariaman. 

Alhamdulillah, kami tiba di Pariaman dan langsung menuju Pantai Gandoriah. Sebelum menyebrang, kami mendaftar dulu agar bisa naik kapal. Untuk satu orang dihargai 50rb, dengan diberikan fasilitas yang sudah ditentukan. 

Ini adalah kali pertama kami menyebrang dan rasanya cukup deg-degan, ditambah rasa was-was, karena baru saja pukul 3 pagi ada gempa. 


Harus buka sepatu, karena nanti bisa basah kalau kena air pasang, ditambah kapalnya juga cukup tinggi untuk naiknya. Saya dan Ojak kebasahan bagian lutut hingga ke bawah kaki. Kami berdua duduk paling belakang, dekat mesin. Sementara Aji dan Mardi agak ke depan karena mereka memang sudah duluan. 

Ridho - Ojak 
📸 : Aji 
Mardi di depannya lagi. 
( Dengan gaya andalan kami berempat. )

Bukan pertama kali kami melihat laut, tapi menyebrangnya yang pertama kali. Ombak yang cukup tinggi untungnya tidak membuat kami mabuk laut ( kalau mabuk janda enggak tau lah ya ). 

Sepatu kami hampir saja basah. Semisal basah, selesai sudah kami. Nyeker terus sampai Pekanbaru. Karena cukup kami nyeker dari Bangkinang sampai Padang di perjalanan, karena hujan. Kami memang cocok disebut si paling nyeker. 

Kami sempat naik pisang boat atau banana boat, tapi sayangnya tidak sempat direkam. 
Hanya rekaman ini yang kami dapat. 


Kalau saya diminta menilai tentang Pulau Angso Duo, 8/10. Sedangkan wahananya, 6,5/10. Tapi Alhamdulillah, rasa lelah kami terpuaskan di Pulau Angso Duo dan tujuan utama kami tersampaikan, yaitu menyebrang pulau. 

Sambil duduk di pinggir pantai dengan pasir putih, saya berpikir, kapan lagi bisa ke sini dengan teman2, karena pastinya kami akan langsung disibukkan dengan rutinitas kami di Pekanbaru. Bekerja pastinya. 
Ditambah kamu juga masing2 sudah memiliki pasangan, kecuali Mardi. 

( Yang suka sama Mardi, ayo buruan. Nanti komen aja kalau mau minta nomor rekeningnya. )

Ridho - Aji - Ojak
Mardi 
Lokasi : Angso Duo

Disini saya, Aji dan Ojak masih belum beres2, sedangkan Mardi sudah. Cuaca panas membuat kami memutuskan untuk balik ke seberang pulau lagi dan pergi ke tempat keluarga Mardi yang ada di Ulakan. 

Sebelumnya saya foto sendiri untuk kenang2an. Karena mungkin sulit untuk mengulangi perjalanan kami ini. 

Ditambah saya mau foto untuk memperlihatkan kalau Jelek-Jelek Penulis sudah sampai Angso Duo. 



Kemana lagi nih Jelek-Jelek Penulis? Hehehe... 😁 

* Kapan minum teh telurnya? 

Hoho... iya juga ya. 


Bonus : Saya dan Ojak nyeker

BLOGGER : #4 JELEK-JELEK PENULIS KELILING SUMBAR ( Sijunjung - Solok - Padang - Pariaman - Angso Duo - Puncak Lawang - Bukti Tinggi - Payakumbuh ) ft. Nongki Bacem ver 2.0

 

Aji - Ojak - Mardi - Ridho
📸 : Tumpukan Batu 
Lokasi : Puncak Lawang ( sebelah kiri )
25


* Gempa Mentawai 

Terakhir kali saya merasakan gempa, waktu saya masih SD kelas 4. Waktu itu saya sedang mau jalan ke bangku saya yang ada paling belakang. Ruangan kelas saya di lantai 2. Saya merasa, saya seperti jalan di tempat. Tidak bergerak sama sekali. 

Ternyata gempa!

Kami langsung diliburkan seminggu. Karena waktu itu saya masih bocah, saya senang. Saya tidak berpikir gempa itu bahaya atau tidak. Yang penting libur. 

Ketika di Padang, saya dan dua teman tidur di lantai dua Masjid. Karena lantai satu khusus perempuan, tapi yang perempuan juga ada di lantai dua.

Saya sebelum pindah ke lantai dua. Saya membawa kipas Akiba Days , karena saya feeling pasti bakal panas kota Padang. 

Saya setelah di lantai dua. Masih ada yang sholat Isya. 

Saya, Aji dan Ojak memutuskan untuk beristirahat. Sementara Mardi tidak. Mardi turun ke bawah, untuk ngecas hape dan katanya ia juga tidak bisa tidur. 

Saya tidur berbantalkan dua jaket saya yang dilipat, dengan hape dan dompet dimasukkan ke dalam tas. Aji tidur di sebelah saya dan Ojak awalnya dekat terali, lalu pindah ke sebelah Aji. 

Pukul 3 lewat beberapa menit, saya dibangunkan Ojak, karena katanya gempa. Saya panik, karena saya belum nikah, lalu bangkit dan membawa barang penting dan apa saja yang bisa dibawa. 

Saya, Aji dan Ojak turun ke bawah. 10 menit kemudian, saya naik lagi ke atas dan mencari Mardi. Mungkin saja dia mencari kami. Ternyata benar. Mardi bergabung dengan kami di bawah. 


Video di atas adalah beberapa menit setelah gempa terjadi. Kami pindah ke bawah dan mengamankan barang2 berharga. 

Kami mengecek informasi di internet, apakah akan ada gempa susulan. Karena kami punya rencana mau menyebrang pulau. Rencana yang memang sudah direncanakan sebelumnya. 



Kami akhirnya memutuskan untuk tidur, tapi agak ke pinggir. Biar kalau gempa terjadi lagi, kami bisa pergi ke luar atau menyelamatkan diri. 

Pukul 5, kami bangun dan sholat Subuh. Lalu bersih2 dan lanjut ke Pariaman. 


Kami masih mengecek keadaan. Apakah ada gempa susulan atau tidak. Semisal sudah dirasa aman, kami jadi menyebrang. Jika ada peringatan, kami lanjut Pariaman atau ke Bukittinggi langsung. 

Sempat Aji membuat SW ( story WA ). Ojak juga mengurungkannya, sama denganku. Karena pasti bakal disuruh balik ke Pekanbaru, takut2 bakal terjadi gempa lagi. 

Saya mengabari keluarga di Pekanbaru. Mereka memintaku untuk pulang, tapi karena teman2 masih mau lanjut dan gempa susulan tidak berpotensi terjadi, kami lanjut perjalanan. 

* Pengalaman Melewati Kelok Sitinjau Laut

Dari Solok ke Padang, Ojak dan Aji tukaran sopir ( motor ). Sementara saya dan Mardi, masih saya yang bawa. 


Foto dapat dari Google, karena bahaya kalau pegang hape atau merekam.

Setelah masuk kota Padang, kami melewati turunan yang curam. Saya yang membawa menyetir motor benar2 kewalahan, karena fungsi rem sedikit tak berguna. Bahkan saya tidak mengurut gas motor sekali pun. Motor berjalan dengan sendirinya. Saya hanya mengarahkan untuk memotong kendaraan di depan dan berusaha mengerem untuk memelankan laju motor.

Dugaan saya benar, kelok Sitinjau Laut atau Sitinjau Lauik. Untungnya saya dan Aji memakai rem depan dan belakang dan tidak menabrak pembatas jalan. 

Ternyata apa yang viral dan sering kami lihat di internet memang benar adanya. Alhamdulillah, kami selamat dan tidak kenapa2. 

Namun ada kejadian tak enak terjadi di sebelum kelokan Sitinjau Lauik ( dari arah kota Padang ). Mobil berplat BK masuk jurang, atau keluar jalur. Menurut kabar, seluruh penumpang selamat dan sudah dievakuasi. Mobil masuk ke jurang dalam keadaan miring. Kondisi cuaca memang sedang agak rintik2 hari itu. Ditambah lumayan macet dan sulit untuk bergerak. 

* Pantai Air Manis dan Malin Anak Durhaka

Itu benaran anak durhaka yang dikutuk jadi batu apa dipahat? 



BLOGGER : #3 JELEK-JELEK PENULIS KELILING SUMBAR ( Sijunjung - Solok - Padang - Pariaman - Angso Duo - Puncak Lawang - Bukti Tinggi - Payakumbuh ) ft. Nongki Bacem ver 2.0

 

Lokasi : Puncak Lawang ( sebelah kiri )
Aji - Ojak - Mardi - Ridho 
📸 : Tumpukan Batu


* Setibanya kami di Solok 

Alhamdulillah, kami tiba di Solok. Kami sempatkan untuk mengisi perut di salahsatu warung di pinggir jalan. Alhamdulillah, tidak tertipu harga. 

Tepatnya disini. Pas di kelokan. Tujuan kami selanjutnya adalah kebun teh. Disini kami kehabisan air buat minum dan bensin juga sudah tinggal 3 batang. Cuaca mau mendung. Untungnya kami bawa mantel. Meski Mardi harus basah2 karena harus bagi dua dengan Aji. Aji pakai mantel bagian badan dan Mardi pakai mantel bagian bawah/kaki.

Saya dan Ojak memakai mantel yang dua kepala dan panjang. Meski harus hati2, agar ujung mantel tidak masuk ke dalam ban belakang yang sedang berputar. 

Aji - Ojak - Mardi - Ridho
📸 : Tumpukan Tas Saya dan Aji dan hape kami (selain hape Aji).

Papa Zola!! 
Bukan Nazi loh ya 

Ini adalah kali pertama kami ke Solok dan foto di Kebun Teh ini. Saya sendiri ini adalah kali kedua foto di Kebun Teh. Sebelumnya saya pernah ke Sumatera Utara, tepatnya ke Sidamanik, tahun 2017. 


Bedanya, kebun teh di Sidamanik sepertinya lebih luas dan lebih besar. Sama2 bagus, tapi kata Ojak, kebun teh yang di Solok ini sedang mati. Tapi tak apa, yang penting kebun teh. 

Tinggal kebun teh yang di Puncak saya yang belum. Mungkin kami semua belum juga. Saya belum nanya ke mereka, pernah ke Bandung apa tidak. 

Jujur, Solok ini bagus banget. Banget! 
Saya jadi pengen tinggal di Solok, mungkin untuk 2 atau 3 bulan. Ada Warmindo di sebelah kanan jalan dan daerahnya dingin, sedingin sikap dia ke kamu. 

Sidamanik juga tidak kalah dingin, karena dekat dengan Pematang Raya dan katanya dataran tinggi juga. Saya harus memakai mantel dan jaket dua lapis. Kami cukup kedinginan, apalagi Mardi. 

* Perjalanan meninggalkan Solok menuju Padang

Kami melanjutkan perjalanan ke Padang. Aji mengarahkan kami ke Padang dan rencananya kami akan menginap di Masjid Raya Padang. Kebetulan, saya, Ojak dan Mardi belum pernah ke Masjid Raya Padang. 

Ibunya Ojak asli Pariaman, jadi Ojak kalau ke Sumbar hanya ke Payakumbuh dan Pariaman. Tidak sampai Padang. Kalau Mardi, di Ulakan. Cuma ia dan keluarga lama tinggal di Medan dan sekarang di Pekanbaru, katanya. 

Sementara saya, saya punya kenalan di Naras. Jadi saya hanya ke Pariaman dan Payakumbuh. Mentok2 Padang Panjang. 

Kami tiba di Padang 

Bagian dalam Masjid Raya Padang

Kami (kecuali Aji karena udah pernah ke sini) dibuat kagum karenanya. Masjidnya besar dan ada colokan. Alhamdulillah, kami bisa sholat dan ngecas hape. Hape kami baterainya mulai sekarat.

Kami banyak bertemu dengan rekan sesama dari Pekanbaru. Yang dari Riau juga ada. 


Kami sempat keluar malam keliling kota Padang, setelah sholat Isya. Kamu makan minas (mie nasi goreng) di depan Mall ada yang di Padang. Dari luar Masjid Raya Padang tampak lebih indah, karena ada lampu2nya. Ditambah  dengan bentuk dan arsitekturnya yang keren dan menarik. 

4 kali ke Sumbar, baru sekali bisa ke Masjid Raya Sumbar ini. 


* Kalian terasa gempa enggak disana?

Jawabannya ada di part #4 😁


BLOGGER : #2 JELEK-JELEK PENULIS KELILING SUMBAR ( Sijunjung - Solok - Padang - Pariaman - Angso Duo - Puncak Lawang - Bukti Tinggi - Payakumbuh ) ft. Nongki Bacem ver 2.0

 

Lokasi : Puncak Lawang ( sebelah kiri )

Perjalanan Nongki Bacem ver 2.0 berawal dari temannya Ojak mengajak dirinya ke Sumbar, tepatnya Payakumbuh. Ojak yang seharusnya pulang ke Pariaman dengan keluarganya di hari Lebaran pertama, harus ditunda karena suatu alasan yang sangat dimaklumi oleh keluarga besar. 

Hanya butuh waktu 1 hari untuk merencanakan perjalanan kami. Rute pertama kami ke Sijunjung, karena hendak ke Solok. Kalau dari Payakumbuh jauh dan harus mengambil jalan memutar. Harus melewati Sijunjung juga. Kebenaran di Sijunjung ada rekan kerja Aji yang bisa kami datangi tempat tinggalnya. Sekalian beraya dan jumpa di sana. 

Alhamdulillah kami sampai ke Sijunjung dengan selamat. Meski ada kejadian Kodok Pangkalan. Kami berempat tertawa-tawa dibuatnya. 



Kami istirahat sebentar, sekalian sholat dulu. Kami rebahan, meluruskan kaki dan menyamakan pantat kami, karena kelamaan duduk. 

Di Sijunjung kami menginap satu malam di rumah rekan kerja Aji. Disana kami merasa sangat nyaman. Anak rekan kerja Aji yang paling besar hafal juz 30, anak nomor dua lucu dan nomor tiga, lebih lucu lagi. 

Kami kagum. Anak sekecil itu hafal juz 30 di luar kepala. 

* Meninggalkan Sijunjung menuju Solok

Kami berangkat pagi hari, setelah mandi dan sarapan. Tidak lupa kami memberi THR ke anak rekan kerja Aji. Hidangan yang disediakan juga jauh dari kata cukup. Kami dibekali cempedak di jalan. 


Rute yang kami lewati cukup panjang, namun Alhamdulillah, cukup sepi. Jadi kami tidak perlu bermacet-macetan di jalan. Kami isi bensin dulu, agar perjalanan terasa nyaman. Mengecek kendaraan yang kami pakai, juga safety. 

Ada yang unik yang baru kami sadari. 


Ojak memakai jaket berwarna biru tua dan celana hitam. Mardi memakai jaket merah maroon gelap dan celana abu2. Ridho ( aku ) memakai jaket berwarna hitam dan celana cokelat. Aji memakai jaket jaket warna ijo dan celana abu2 gelap ( di foto Aji sudah melepas jaketnya ). 

Perjalanan kami lanjut ke Solok, menuju kebun teh. Kami sempat berhenti, untuk foto2 sebentar. Karena angel-nya bagus dan sulit untuk dijumpai di Pekanbaru. 

Ojak - Ridho - Aji
Mardi 

Kami bertiga setuju, kalau yang paling ganteng dari kami berempat adalah Mardi. Buktinya Mardi dapat nomor Anisa, Sherly dan Safira. 

(Sampai sekarang Mardi belum kirimin nomor Anisa ke kami.)

Ojak - Ridho - Aji - Mardi

Oh iya, ini kami foto dari atas yang memperlihatkan seluruh bagian full Danau ( maaf, lupa nama danaunya apa. 😅 ) 

Mardi - Ridho - Ojak 
📸 : Aji 

Disini aku kedinginan banget dan kami menempuh jalan yang curam, karena 90% tanjakan. Namun Alhamdulillah kami selamat dan tidak kenapa2. Aji yang dibonceng Ojak harus turun, sementara Mardi awalnya tidak turun, tapi demi keamanan, Mardi saya minta untuk turun. Mereka menyusul saya dan Ojak yang sudah berada di puncak. Tidak jauh, tapi cukup curam kalau boncengan naik motor. 


Ridho - Aji - Ojak 
📸 : Mardi 

Kami tidak tau nama daerahnya ini apa, karena kami hanya mengikuti Google Map dan jalan saja. Aji memang sudah pernah ke Solok, tapi tidak lewat jalan ini. Saya dan Ojak menduga memang kami lewat jalan alternatif. 

Sekali lagi, Alhamdulillah tidak ada kejadian Kodok Pangkalan. Yang ada malah Bocil Parit dan Adek Berbaju Oren. 

* Perjalanan kami ini mau kemana?

Jawabannya ada di part #3 



Kamis, 27 April 2023

BLOGGER : #1 JELEK-JELEK PENULIS KELILING SUMBAR ( Sijunjung - Solok - Padang - Pariaman - Angso Duo - Puncak Lawang - Bukti Tinggi - Payakumbuh ) ft. Nongki Bacem ver 2.0

 

Anggota Utama Nongki Bacem ver 2.0


Assalamualaikum Wr. Wb 

Salam sejahtera buat seluruh anggota utama Nongki Bacem ver 2.0 dan kita semua. Sebelumnya aku mau berterimakasih buat kalian yang telah mau mampir membaca cerita saya ini. 

Sebelumnya lagi, kita kenalan dulu sama anggota Nongki Bacem ver 2.0 , yang beranggotakan empat orang. Sebenarnya tadinya berlima. Tapi untuk alasan khusus, tidak diikut sertakan. 

Anggota-anggota Nongki Bacem ver 2.0

1. Ridho ( Saya Sendiri ) 

Si Paling Rencana dan Si Paling Ngikut

2. Aji 

Si Paling Bisa 

3. Ojak 

Si Paling Rencana dan Si Paling Ngikut 

4. Mardi 

Si Paling Hayuk 

* Apa itu Nongki Bacem ver 2.0?

Nongki Bacem ver 2.0 adalah grup yang beranggotakan tetap Ridho, Aji, Ojak dan Mardi, dan satu anggota yang sudah keluar, Rasyid Ridho. Berdiri pada tanggal 28 Maret 2023 dengan formasi awal bertiga, yaitu Ridho, Ojak dan Mardi. Aji yang waktu sedang sibuk2nya dan tidak bisa kumpul dengan kami bertiga, belum masuk dalam grup. Sementara Ridho Rasyid masuk sebagai anggota, lalu keluar karena alasan pendidikan. Tapi masih beberapa kali berkabar dan ngumpul juga. 

Ridho dan Aji adalah teman satu SMP. Setelah lama tidak berjumpa setelah beberapa tahun lulus, Ridho baru mengetahui kalau Aji buka usaha angkringan, menjual tahu/tempe bacem, patin goreng tepung, bandrek, kerang bakar, dll. 

Ridho dan Ojak adalah teman satu warnet. Setelah bertahun-tahun tidak berjumpa, akhirnya mereka berjumpa lagi setelah Ojak memberi kabar Ridho, kalau dia ingat pernah main Point Blank bareng di Warnet.

Sementara Mardi, ia teman Aji dari temannya Aji. Kami berkumpul dengan teman2 kami lainnya di Angkringan milik Aji. Namun yang masuk dalam Nongki Bacem ver 2.0 baru 4 orang, yaitu kami. 

Di dalam Nongki Bacem ver 2.0 tidak ada yang namanya ketua dan wakil. Semuanya sama. Semua keputusan diambil secara musyawarah. 

Nongki Bacem ver 2.0 berdomisili di Pekanbaru, Riau. 

* Kenapa namanya Nongki Bacem ver 2.0?

Nanti dijawab di akhir cerita. Sebelumnya mari simak cerita selanjutnya. Let's go! 







Kamis, 20 April 2023

BLOGGER : Nastar vs Kue Putri Salju

 Assalamualaikum Wr. Wb 

Si Amin beli micin, Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Hehehe...

Semoga segala amal ibadah yang baik yang telah kita dikerjakan selama bulan Ramadhan, diterima oleh Allah SWT dan kita kembali Fitri. Aamiin ya Rabb... 

Blogger mau bahas tentang kue nih. Berhubung mau lebaran dan ada yang udah lebaran juga sebenarnya. 

Selama Idul Fitri atau lebaran, kita selalu disuguhi kue2 manis, baik kering dan basah ketika datang dan mampir ke rumah saudara, teman, sahabat, pacar, gebetan, mantan pacar, mantan suami/istri, dll. Tidak lupa THR, kalau masih dapat. 

Kue yang paling sering ada adalah nastar. 


Kue yang proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Dimulai dari membeli nenas, memarut nenas lalu memasaknya. Belum lagi proses pembuatan adonan dan membulat2kan. Menimbang pula ya kan. Aku tau, karena aku pernah kerja di kafe yang membuat kue kering dan basah. Sekalian jual minuman Boba juga.

Aku suka nastar, tapi aku lebih suka kue wibu. Alias kue bawang. Tapi ibuku sering buat kue Malaysia juga. Sama kayak kue bawang, tapi bentuknya petak2. 

Lalu ada kue putri salju. Bukan kue yang dicium dulu, baru nanti dia bangun. Tapi kue yang ada serbuk gula putih halus, kayak salju. 


Nastar dan Putri Salju sering menjadi bahan perdebatan. Enakan mana, nastar atau putri salju? 

Aku pribadi suka keduanya, tapi lebih ke nastar. ( Aku juga suka kamu. Hehehe... *Itu yang cowok kenapa senyum2? )

Tapi karena aku kurang suka yang manis2, aku lebih sering memakan manisan salak. Tau? 

Aku sering kena marah karena manisan salak di ruang tamu selalu aku habisin. Tapi tenang, aku isi lagi kok. Hehehe... 

Dan tidak lupa ada rengginang. Ini favorit sebenarnya, tapi aku sering kehabisan karena tanteku suka banget ngabisin. Kalengnya khusus, bukan kaleng Khong Guan. Kaleng Khong Guan di rumah dijadiin tempat jarum dan benang. 

Lalu ada ....


Emping melinjo, atau aku menyebutnya kerupuk asam urat. Karena bisa bikin asam urat. Aku dikasihtahu (bukan duit) sama Tante. "Jangan banyak2 makannya. Nanti bisa asam urat.", aku iyain aja, tapi, "Bilang aja takut kehabisan.". 

Biasanya dipake buat makan lontong atau ketupat. Tapi aku lebih sering pake lontong, karena ketupat itu agak keras dan lontong halus. Kayak makhluk. ( Setan dong. ) 
(Maaf garing. Ya iyalah. Kerupuk.)

Terus ada kue yang sombong.


Sebenarnya namanya kue kembang loyang, tapi karena kuenya sering meliuk atau melempem, apalagi kalau nutup toplesnya enggak rapat, melempem dah. 

Makanya aku menyebutnya kue sombong. Bentuknya bermacam-macam, tapi enggak pernah macam-macam. Kan kue, bukan penjahat atau maling, yang berani macam-macam. 

( Kalau yang menggigit itu macan. )

Ini manis, aku kurang suka. Tapi kalau dikasih gratis, mau. Apalagi kalau 2 bungkus. Tiga deh. Eh, tujuh. 


Dan jangan lupakan jagoan kita semua, Rempeyek!!!!

Ibuku paling suka dan ulet bikin Rempeyek. Mau Rempeyek yang cuek ( kacang maksudnya ) dan teri, beeuuhh... ini paling utama, selain kue bawang ( kue wibu ). 

Dulu almarhumah nenek sering buatin Rempeyek daun, tapi aku enggak tau daunnya daun apa. Yang jelas bukan daun kelor atau daun pisang. Apalagi pas mau pergi ngaji setelah sholat Maghrib. Sering dibekali. 

Sampai sekarang aku belum pernah lagi makan Rempeyek daun, setelah nenek sakit dan pulang ke Rahmatullah. 

( kok jadi curhat? )

Oiya, ketinggalan....


Ini foto rengginang. Hehehe...
Dipakein garam, beeuuuhhh... 




Ya udah, segini aja story kali ini. Selamat hari Raya Idul Fitri, buat kalian yang merayakannya. Dan buat yang enggak merayakan, boleh juga dirayakan. Karena Bhinneka Tunggal Ika. Walaupun berbeda-beda, tapi tetap satu juga. Toleransi. 

Terimakasih (terima THR juga) buat kalian yang udah membaca story kali ini Sampe selesai. Semoga kalian sehat dan sukses selalu. Yang lagi kuliah, dipermudah segala urusan dan tugas2nya. Yang lagi skripsi, semangat! Semoga segera selesai. Yang enggak kuliah (kayak aku), semangat juga. Semoga Istiqomah nabungnya, dan bisa kuliah lagi. Aamiin ya Rabb...

Assalamualaikum Wr. Wb 

See u, guys.  




Sabtu, 15 April 2023

BLOGGER : INI APAAH?!!

 Assalamualaikum Wr. Wb 

Salam sejahtera untuk saya dan kita semua. Semoga kita slalu diberikan kemudahan dalam segala urusan dan pekerjaan. Aamiin ya Rabb... 

Sebelumnya aku mau minta maaf (bukan uang) kepada kalian semua, khususnya pembaca cerita blogku. Meski pun sepi, tapi aku senang masih bisa menyalurkan hobiku di blog ini. 

Terimakasih untuk kalian yang masih mau dan tertarik membaca cerita blog aku ini. 

Sebenernya banyak hal yang aku alami akhir2 ini, tapi aku enggak bisa menuliskannya di blog karena suatu hal. Salahsatunya karena entah kenapa setiap menulis (mengetik), perutku selalu keram dan sakit. Bukan karena lapar atau asam lambung, tapi keram aja. 

Tangan juga mendadak lemes dan jari2 jadi kebas. Asam urat? 

Entahlah. 

Aku mau cerita tentang aku dan dua sahabat baruku, Ojak dan Mardi namanya. Dua sahabat lamaku masih kok, Imam dan Anul. Tapi emang kami lagi enggak ketemu karena Imam stay di Jakarta dan Anul di Semarang. 

Ojak adalah salahsatu sahabatku, yang awalnya ia adalah teman satu warnetku. Temanku membawa teman, nah, temannya itu si Ojak. 

Mardi adalah salahsatu sahabatku, yang awalnya ia adalah pelanggan angkringan teman SMP-ku. Kami main domino (dengan Ojak juga) dan beberapa permainan lainnya. 

Yang akhirnya satu per satu diantara kami sibuk dan menyisakan kami bertiga. Kami membuat grup akhirnya (sebenarnya aku yang buat dan mengundang mereka). Ada dua temanku yang juga aku undang, tapi hanya kami bertiga yang paling sering ngumpul. 

Kami punya ciri khas. Ya itu.... 

 Aku enggak tau arti postur tangan itu apa. Karena aku lihat alm. Pak Bondan pas makan sambil bilang "maknyuusss.." gitu. 

Itu bukan pertama kali sebenarnya. Tadi malam aku dan Ojak ke rumah Mardi dan disuguhin sate oleh Ibunya. Enak. Alhamdulillah...

Sebelumnya aku juga ke rumah Ojak, sendirian, karena Mardi kerja. Aku disuguhin mie rebus oleh Ibunya Ojak. Alhamdulillah... Enak. 

Oiya, menurut kalian, apa sih arti postur tanganku itu?

Aku sih mengartikannya, "Maknyusss..". 😁